Kamis, 10 Juli 2008

Yogya

Intro: A D G D

A D G
Aku jalan sendiri
A D G D
Dijalan yang sering aku lewati dulu
A D G
Aku masih melihat
A D G D
Wajah-wajah yang aku kenal dahulu
D G D G
Oh di kota ini di kota ini
D G D G
Oh di kota ini di kota ini

A D G
Aku bangun kembali
A D G D
Setelah tidur yang panjang
A D G
Tanpa pernah kusadari
D G
Ingin bernyanyi
A D G D G
Untuk apa saja yang pernah terjadi dikota ini
D G
Oh ya di kota ini
D G
Hm di kota ini
D G
Ku panggil Yogyakarta

A D G
Malam semakin sunyi
A D G
Jalan semakin sepi
A D G
Malam semakin dingin
A G
Oh di kota ini
A D G
Masih ada jejakku

Yayaya...Oh...Ya

Lagi sebuah kenyataan

Telah kutemui

Dan kini...kuhadapi

Di malam gelap ini

Kebencian....dalam hatiku

Yang akrab denganmu

akhirnya menipuku

Hingga lahirkan rindu

Yayaya....oh ya

Nafsuku....yang membunuh

dendamku

Gerakku...akalku

Ternyata banyak hal

yang tak selesai

Hanya...dengan amarah....

bagaikan senyummu yang

sanggup menahan

Gemuruh hatiku....

Kehangatan damai kasihmu

Terbukti t'lah mampu

Tundukkan...gangguan....

Diriku....selama-lamanya

Yayaya.....oh ya.....

Serutu.....kesadaran diriku

Cintaku....untukmu

Yang Terlupakan

Intro : D A Bm A ( 2X )


D A Bm A


Denting piano kala jemari menari


G D Em G


Nada merambat pelan di kesunyian malam


Gm D Em G Gm


Saat datang rintik hujan bersama sebuah bayang


A G A D


Yang pernah terlupakan



Int : A Bm A D A Bm A



D A Bm A


(*) Hati kecil berbisik untuk kembali padanya


G D Ern G


Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata


Gm D Em G Gm


Seperti menjelma waktu aku tertawa


A G A D


Kala memberimu dosa


A Bm A D


Na....na....na....na O....maafkanlah


A Bm A G


Na....na....na....na O....maafkanlah



D F#m Bm A


Reff : Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi


D F#m Bm A


Haruskah aku lari dari kenyataan ini


G Gm D F#m Bm


Pernah ku mencoba tuk sembunyi


G A D


Namun senyum mu tetap mengikuti




Int : A Bm A D A Bm G

Yang Tercinta

Tidurlah dalam pelukanku
Lelaplah dalam mimpi indah
Biarkanlah sejenak saja
Berlalu semua luka luka

Tenanglah tenanglah
Hapuskan semua duka derita
Tenanglah sayangku
Pasti kan ada hari yang indah

Andaikan masih ada resah
Eratkan lagi dekapanmu
Dan sekali lagi kau cobalah
Meski lelah hati yang ada

Tenanglah sabarlah
Pasti kan ada hari yang indah
Dekatlah sayangku
Hapuskan semua duka derita

Biar
Kita menipu diri dengan hangatnya cinta
Oh biar
Lupakan sementara semua duka terasa

Tidurlah
Tenanglah

Tidurlah
Tenanglah

Ya, Hui, Ha, He, Ha

Ringkik kuda betina tak

melihat lawan jenisnya

Menari di depan kaca

bandingkan cantik wajahnya

Oleskan gincu di bibir cibir

dan senyum menyindir....

ya hui....ha he ha ya ha hui

Sepintas terdengar samar

lengking suara biola

Ringkik kuda betina melirik

rayu telinga

Meluncur s'gala rayuan

dari mulut kuda jantan

Ya hui ha he ya ha hui

Betina pura bodoh...

Betina pura-pura pikun

Nyanyikan jampi-jampi

Menjala jantan jadilah jodoh

uu...hui....

Ringkik kuda betina

membuat sang jantan gila...

Tak sadar kalau dirinya

hanya seperti sebuah bola

Oleskan gincu di bibir cibir

dan senyum menyindir....

ya hui ha he ha ya ha hui....

Ya atau Tidak

Bicaralah nona jangan membisu

Walau s'patah kata tentu kudengar

Tambah senyum sedikit apasih susahnya

Malah semakin manis semanis tebu

Engkau tahu isi hatiku

Semuanya sudah aku katakan

Ganti kamu jawab tanyaku

Ya atau tidak itu saja


Bila hanya diam aku tak tahu

Batu juga diam kamu kan bukan batu

Aku tak cinta pada batu

Yang aku cinta hanya kamu

Jawab nona dengan bibirmu

Ya atau tidak itu saja


Tak aku pungkiri aku suka wanita

Sebab aku laki-laki masa suka pria

Ow.. kuraslah isi dadaku

Aku yakin ada kamu di situ

Jangan diam bicaralah

Ya atau tidak itu saja

Ujung Aspal Pondok Gede

di kamar ini aku dilahirkan

di bale bambu buah tangan bapakku

di rumah ini aku dibesarkan

dibelai mesra lentik jari ibuku

nama dusunku ujung aspal pondok gede

rimbun dan anggun

ramah senyum penghuni dusunku


kambing sembilan motor tiga

bapak punya

ladangnya luas habis sudah sebagai gantinya


sampai saat tanah moyangku

tersentuh sebuah rencana

demi serakahnya kota

terlihat murung wajah pribumi

terdengar langkah hewan bernyanyi


di depan masjid

samping rumah wakil pak lurah

tempat dulu kami bermain

mengisi cerahnya hari


namun sebentar lagi

angkuh tembok pabrik berdiri

satu persatu sahabat pergi

dan tak kan pernah kembali

Tince Sukarti Binti Mahmud

tince sukarti binti mahmud
kembang desa yang berwajah lembut
kuning langsat warna kulitnya maklum
ayah arab ibunda cina

tince sukarti binti mahmud
ikal mayang engkau punya rambut
para jejaka takkan lupa
kerling nakal karti memang menggoda

jangankan lelaki muda terpesona yang
tua jompopun gila
sejuta cinta antri dimeja berada
sukarti hanya tertawa

bibirmu hidungmu indah menyatu
tawamu suaramu terdengar merdu
tince sukarti hooby memang dia
bernyanyi
qasidah rock & roll
dangdut keroncong ia kuasai...

tince sukarti ingin menjadi
seorang penyanyi
primadona beken neng karti selalu
bermimpi

ibu bapaknya enggan memberi restu
walau sang anak merayu
tince sukarti dasar kepala batu
kemas barang dan berlalu

tince sukarti berlari mengejar mimpi
janji makelar penyanyi orbitkan sukarti
jani sukarti hati persetan harga diri
kembang desa layu tak lagi wangi
seperti dulu

Timur Tengah II

Tuhan....tolong dengarkan

Nyanyian pinggir jalan

Malam di bawah bulan

Dalam waktu yang rawan

Marah di bawah tanah

Dilangit ada merah

Menuju satu arah...bakar....

bakar.....

Di sana ada bohong

Di sana ada mayat

Di sana ada suara.....bum....

bum....

Raut muka resah

Orang-orang susah

Ada banyak mata...buta....

Resah luka kaki

S'makin...menjadi...ada

banyak kuping.....tuli

Malam hampir malam

Debu jalan datang lagi

Malam hampir pagi

Usir mesin bunyi lagi

Malam hampir pagi

Kelicikan mulai lagi

Malam hampir pagi

Teriakku hilang lagi

Timur Tengah I

Ada tanya dalam kepala

Waktu lihat muak yang hingar

Disetiap sudut

Ada mati dibalik tembok

Waktu timah panas mencabik

Hati nurani............

Merah...Merah...Merah...Merah

Dilangit

Merah...Merah...Merah...Merah

Ditanah

Derap langkah bakar amarah

Kepal tangan hadirkan darah

Dibungkam diam....

Khabar angin didekat jantung

Bahwa hari sedang menangis

Tergores pedih hati

Merah...Merah...Merah...Merah

Dimata

Merah...Merah...Merah...Merah

Dilidah

Dengar...nyanyi anak kemarin

Tentang sedih tanah terkasih

Yang tak pernah habis

Doa...ibu sambil menangis

Antar....bocah agar tak sedih

Pergi ke pintu mati

Merah...dilangit

Merah...dimata

Merah...ditangan

Merah...dilidah

Tikus Tikus Kantor

kisah usang tikus-tikus kantor

yang suka berenang disungai yang kotor

kisah usang tikus-tikus berdasi

yang suka ingkar janji

lalu sembunyi dibalik meja

teman sekerja

didalam lemari dari baja

kucing datang

cepat ganti muka

segera menjelma

bagai tak tercela


masa bodoh hilang harga diri

asal tidak terbukti ah

tentu sikat lagi


tikus-tikus tak kenal kenyang

rakus-rakus bukan kepalang

otak tikus memang bukan otak udang

kucing datang

tikus menghilang


kucing-kucing yang kerjanya molor

tak ingat tikus kantor

datang men-teror

cerdik licik

tikus bertingkah tengik

mungkin karena sang kucing

pura-pura mendelik


tikus tahu sang kucing lapar

kasih roti jalanpun lancar

memang sial sang tikus teramat pintar

atau mungkin sikucing yang kurang

ditatar !

Tak Pernah Terbayangkan

Tak pernah terbayangkan
Bila harus berjalan tanpa dirimu
Tak pernah terpikirkan
Bila aku bernafas tanpa nafasmu
Nafasmu

Takdir sudah pertemukan kita
Tuk berdua dan saling menjaga
Dan tak mau aku melewati
Semua ini tanpamu

Kau hangatkan genggaman tanganku
Dan berkata akulah milikmu
Dan tak mau aku menjalani
Dunia ini tanpamu

Takdir sudah pertemukan kita

Surat Buat Wakil Rakyat

untukmu yang duduk sambil diskusi

untukmu yang biasa bersafari

di sana, di gedung DPR

wakil rakyat kumpulan orang hebat

bukan kumpulan teman teman dekat

apalagi sanak famili


di hati dan lidahmu kami berharap

suara kami tolong dengar lalu sampaikan

jangan ragu jangan takut karang menghadang

bicaralah yang lantang jangan hanya diam


di kantong safarimu kami titipkan

masa depan kami dan negeri ini

dari Sabang sampai Merauke


Saudara dipilih bukan dilotre

meski kami tak kenal siapa saudara

kami tak sudi para juara

juara diam, juara he'eh, juara ha ha ha......


wakil rakyat seharusnya merakyat

jangan tidur waktu sidang soal rakyat

jangan tidur waktu sidang soal rakyat

wakil rakyat bukan paduan suara

hanya tahu nyanyian lagu "setuju......"

Sumbang

kuatnya belenggu besi

mengikat kedua kaki

tajamnya ujung belati

menujam di ulu hati

sanggupkah tak akan lari walau akhirnya

pasti mati

di kepala tanpa baja di

tangan tanpa senjata

akh itu soal biasa yang

singgah di depan mata kita


lusuhnya kain bendera di

halaman rumah kita

bukan satu alasan untuk kita tinggalkan

banyaknya persoalan yang datang tak

kenal kasian menyerang dalam gelap


memburu kala haru dengan

cara main kayu

tinggalkan bekas biru lalu

pergi tanpa ragu

setan-setan politik kan datang mencekik

walau dimasa pacekik tetap mencekik


apakah slamanya politik itu kejam?

apakah selamanya dia datang

'tuk menghantam?

ataukah memang itu yang sudah

digariskan?

menjilat, menghasut, menindas

memperkosa hak-hak sewajarnya


maling teriak maling sembunyi balik

dinding pengecut lari terkencing-kencing

tikam dari belakang lawan lengah

diterjang lalu sibuk mencari kambing

hitam


selusin kepala tak berdosa

berteriak hingga serak didalam ngeri

yang congkak lalu senang dalang

tertawa...he...he...he...he...

Sugali

Sua...sua...suara berita

Tertulis dalam koran

Tentang seorang lelaki

Yang sering keluar masuk bui

Jadi buronan polisi

Dar...der...dor

suara senapan

Sugali anggap petasan

Tiada rasa ketakutan

Punya ilmu kebal senapan

Semakin lupa daratan


Lihat Sugali menari di lokasi WTS kelas teri

Asyik lembur sampai pagi

Usai garong hambur uang peduli setan


Dig....did.....dug

Dig....did.....dug

Dig....did.....dug

Dig....did.....dug


Semua gunjing tentang dirimu

Yang tak juga hinggap rasa jemu

Suram hari depanmu


Rasa was-was mata beringas

Menunggu datang peluru yang panas

Di waktu hari yang naas

Oo...bisik jangkrik di tengah malam

Tenggelam dalam dalam suara letusan

Kata berita dimana-mana tentang Sugali

Tak tenang lagi dan lari sembunyi

terbirit-birit


Lihat Sugali menari di lokasi WTS kelas teri

Asyik joget samapi lecet

genit gitik cewek binal paling busyet

Suara Hati

Largo

Do = D



Intro: D C G (4X)


D C (4x)




D C D


Apa kabar suara hati


C D


Sudah lama baru terdengar lagi


C D


Kemana saja suara hati


C D


Tanpa kau sepi rasanya hari



Int: D C D C




D C D


Kabar buruk apa kabar baik


C D


Yang kau bawa mudah-mudahan baik


C D


Dengar-dengar dunia lapar


C D


Lapar sesuatu yang benar



(*)


C D C


suara hati kenapa pergi


D C D C


suara hati jangan pergi lagi


D C D C


suara hati kenapa pergi


D C D C


suara hati jangan pergi lagi



Int: D C (8X)


D C D


Kau dengarkan orang-orang yang menangis


C D


Sebab hidupnya dipacu nafsu


C D


Kau rasakan sakitnya orang-orang yang tertindas


C D


Oleh derap sepatu pembangunan



lnt: D C (2X)



D C D


Kau lihatlah pembantaian


C


Demi kekuasaan yang secuil


C D


Kau tahukah alam yang kesakitan


C D C D


Lalu apa yang akan kau suarakan



Kembali ke: (*)



lnt: D C (7X)



(**)



D C D


Apa kabar suata hati


C D


Sudah lama baru terdengar lagi


C D


Kemana saja suara hati


C D


Tanpa kau sepi rasanya hari



Kembali ke: (**)




Coda: D C G (4X)

Sore Tugu Pancoran

si budi kecil kuyup menggigil

menahan dingin tanpa jas hujan

di simpang jalan Tugu Pancoran

tunggu pembeli jajakan koran

menjelang maghrib hujan tak reda

Si Budi murung menghitung laba

surat kabar sore dijual malam

selepas isya melangkah pulang


anak sekecil itu berkelahi dengan waktu

demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu

anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu

dipaksa pecahkan karang, lemas jarimu terkepal


cepat langkah waktu pagi menunggu

Si Budi sibuk siapkan buku

tugas dari sekolah selesai setengah

sanggupkah si Budi diam di dua sisi

Siang Seberang Istana

Em D Em
seorang anak kecil bertubuh dekil
Bm C Em
tertidur berbantal sebelah lengan
D C Em
berselimut debu jalanan

Em D Em
rindang pohon jalan menunggu rela
Bm C Em
kawan setia sehabis bekerja
D C Em
siang di seberang sebuah istana
D C Em
siang di seberang istana sang raja


Reff I:
C D G F#/D Em
kotak semir mungil dan sama dekil
C D G F#/D Em
benteng rapuh dari lapar memanggil
C D G F#/D Em
gardu dan mata para penjaga
C D F Em
saksi nyata....... yang sudah terbiasa


Em D Em
tamu negara tampak terpesona
Bm C Em
mengelus dada gelengkan kepala
D C Em
saksikan perbedaaan yang ada


Reff II:
C D G F#/D Em
sombong melangkah istana yang megah
C D G F#/D Em
seakan meludah di atas tubuh yang resah
C D G F#/D Em
ribuan jerit di depan hidungmu
C D F Em
namun yang ku tau.... tak terasa terganggu


kembali ke: reff I & reff II

Em D Em
Gema azan ashar sentuh telinga
Bm C Em
Buyarkan mimpi si kecil siang tadi
D C Em
Dia berjalan malas melangkahkan kaki
D C
Di raihnya mimpi di genggam tak di letakkan...
Em
lagi...

Si Tua Sais Pedati

Bergerak perlahan dengan pasti

Di jalan datar yang berlumpur

Sesekali terdengar gletar cemeti diiringi teriakan lantang

Si tua sais pedati

Derak pedati sebentar berhenti

Nampak si tua sais pedati mulai membuka bungkusan nasi

Yang dibekali sang istri

Gerak pedati lalu jalan lagi

Singgah disetiap desa

Tanpa ragu-ragu tanpa malu-malu

Nafas segar terhembus

Dari sepasang lembu yang tak pernah merasakan

Sesak polusi


Dia tak pernah memerlukan

Dia tak pernah membutuhkan

Solar dan ganti olie

Bensin dan ganti busi

Apalagi charge aki

Dia tak pernah kebingungan

Dia tak pernah ketakutan

Apa kata orang tentang gawatnya krisis energi


Gerak pedati dan lenguh lembu

Seember rumbut dan gletar cemeti


Seakan suara azan yang di-cassete-kan

Sementara itu sang bilal pulas mendengkur

Serdadu

isi kepala di balik topi baja

semau serdadu pasti tak jauh berbeda

tak peduli perwira, bintara, atau tamtama

tetap tentara

kata berita gagah pekasa

apalagi sedang kokang senjata

persetan siapa saja musuhnya

perintah datang karang pun dihantam


serdadu seperti peluru

tekan picu melesat tak ragu

serdadu seperti belati

tak dirawat tumpul dan berkarat


umpan bergizi, titah Bapak Menteri

apakah sudah terbukti

bila saja masih ada

buruknya kabar burung

tentang jatah prajurit yang dikentit


lantang suaramu otot kawat tulang besi

susu, telur, kacang ijo, extra gizi

runtuh dan tegaknya keadilan negeri ini

serdadu harus tau pasti


serdadu baktimu kami tunggu

tolongkantongi tampang serammu

serdadu rabalah dada kami

gunakan hati jangan pakai belati


serdadu jangan mau disuap

tanah ini jelas meratap

serdadu jangan lemah syahwat

ibu pertiwi tak sudi melihat

Senandung Lirih

Intro: B5

B5 A5
Kau wanita terindah
D5 G5
Yang pernah ku taklukan
C5 B5
Kau kenapa kau pergi
C5 B5
Kenapa kau pergi

B5 A5
Kau wanita terhebat
D5 G5
Yang pernah memelukku
C5 B5
Kau kenapa kau pergi
C5 B5
Kenapa kau pergi

C5 D5 G5 A5
Helai udara di sekitarku
C5 D5 E5
Senandung lirih namamu
C5 D5
Tiap sudut kota
G5 A5
Yang kudatangi
C5 D5 E5 G5
Senandung lirih namamu

C5 A5
Kau wanita termegah
D5 G5
Yang pernah kudapatkan
C5 B5
Kau kemana kau pergi
C5 B5
Kemana kau pergi

Int: B5

B5
Smoga kau temukan
Em
Apa yang kau cari
C D5
Yang tak kau dapatkan dari aku (2x)

C5 D5 G5 E5
Helai udara disekitarku
C5 D5 E5
Senandung lirih namamu
D5 E5 A5 B5
Kemanapun kau akan melangkah
D5 E5 A5
Aku yang selalu mengenangmu (2x)

Semoga Saja Kau Bena

Intro: Em

Em
Berbondong-bondong orang cumbui angan di bibir pelabuhan
Em
Tinggalkan tanah lahir desa tercinta menuju pulau surga

C Em
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
C Em
Tiada lagi tersisa bahkan mimpi kubawa

Em
Isak tangisan bayi dalam gendongan tak goyahkan lamunan
Em
Raung sirine kapal jangkar diangkat segeralah berlayar

C Em
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
C Em
Tiada lagi tersisa bahkan mimpi kubawa

Int: D Em D Em (2x)
D Em C D Em C Em

Em
Perlahan-lahan kapal jauhi tepi malas mengangkut mimpi
Em
Mercu suar dermaga dan burung camar mengusap air mata

C Em
Selamat jalan kawan bukan aku tak cinta
C Em
Mungkin saja kau benar smoga saja kau benar

Coda: D Em D Em (2x)

Semoga Kau Tak Tuli Tuhan

Begitu halus tutur katamu

Seolah lagu termerdu

Begitu indah bunga-bungamu

Diatas karya sulam itu

Dengarlah detak jantung

Benihku yang ku tanam dirahim mu

Semua warna yang kita punya,

Segala rasa yang kita bina


Ku harap kesungguhanmu,

Kaitkan jiwa bagai bunga dikarya itu

Ku harap keikhlasanmu,

Sirami benih yang ku tabur ditamanmu


Oh jelas, rakit pagar semakin kuat tak goyah,

Walau diusik unggas


Pintaku pada Tuhan mulia

Jauhkan sifat yang manja

Bentuklah segala warna jiwanya

Diantara lingkup manusia

Diarena yang bau busuknya luka


Bukakan mata pandang dunia

B'ri watak baja padanya

Kalungkan tabah kala derita

Semoga kau tak tuli Tuhan,

Dengarlah pinta kami sebagai orangtuanya

Selamat Tinggal Malam

S'lamat tinggal malam.......

yang hitam

Antara kupergi ikhlaskan

Rumah memang....

kita berteman

tempuh jalan yang kelam

Terima kasih malam....

yang hitam

Banyak kauajarkan....padaku

S'gala dosa....s'gala cela...

S'gala.....galanya


Pernah kau kecewa padaku

Sebab kutak percaya padamu

Bahwa hari ada malam

hari ada siang

hari...ada pagi...hari adalah

hari


Engkau hanya diam

dengarkan

bahwa 'ku yang keras cemooh

Dengar ucapmu....

dengar katamu...dengar....

khotbahmu.....

dengar bohongmu


Oh malam maafkan aku...

Yang lupa saat itu

Oh malam maafkan aku

Tak percaya padamu


Hari ada pagi...

hari ada malam

hari ada siang...

dalam hati s'lalu ada

kemungkinan

Sarjana Muda

lntro : Dm Bb C Dm


Dm Am


Berjalan seorang pria muda


F C Dm


Dengan jaket lusuh dipundaknya


Dm Am


Di sela bibir tampak mengering


F C Dm


Terselip s'batang rumput liar


Dm Am


Jelas menatap awan berarak


F C Dm


Wajah murung s'makin terlihat


Dm Am


Dengan langkah gontai tak terarah


F C Dm


Keringat bercampur debu jalanan



F C


Reff I : Engkau sarjana muda


Dbdim Dm


Resah mencari kerja


Bb F C


Mengandalkan ijasahmu


F C


Empat tahun lamanya


Dbdim Dm


Bergelut dengan buku


Bb F C


'Tuk jaminan masa depan


Dm Am


Langkah kakimu terhenti


Dm Am Dm


Di depan halaman sebuah jawaban



lnt : Dm Bb C Dm


Dm Bb C F Bb A



Dm Am


Termenung lesu engkau melangkah


F C Dm


Dari pintu kantor yang di harapkan


Dm Am


Tergiang kata tiada lowongan


F C Dm


Untuk kerja yang di dambakan


Dm Am


Tak peduli berusaha lagi


F C Dm


Namun kata sama yang kau dapatkan


Dm Am


Jelas menatap awan berarak


F C Dm


Wajah murung s'makin terlihat



F C


Reff II : Engkau sarjana muda


Dbdim Dm


Resah mencari kerja


Bb F C


Tak berguna ijasahmu


F C


Empat tahun lamanya


Dbdim Dm


Bergelut dengan buku


Bb F C


Sia-sia semuanya



Dm Am


Setengah putus asa dia berucap


Dm


"maaf ibu..."

Rubah

Jaman berubah perilaku tak berubah
Orang berubah tingkah laku tak berubah
Wajah berubah kok menjadi lebih susah
Manusia berubah berubah - rubah

Gandhi yang dicari yang ada komedi
Revolusi dinanti yang datang Azahari
Lembaga berdiri berselimut korupsi
Wibawa menjadi alat melindungi diri

Pendidikan adalah anak tiri yang kesepian
Agama sebagai topeng yang menjijikkan
Kemiskinan merajalela yang kaya makin rakus saja
Hukum dan kesehatan diperjual belikan

Kesaksian tergusur oleh kepentingan ngawur
Pemerintah keasyikan berpolitik (ngawur)
Partai politik sibuk menuhankan uang (ngawur)
Ada rakyat yang lapar makan daun dan arang

Televisi sibuk mencari iklan
Sementara banyak yang tunggu giliran
Rakyat dan sang jelata menatap dengan mata kosong
Dimana aku apa ditelan tsunami ?

Rindu Tebal

C
Sewindu sudah lamanya waktu
G C
Tinggalkan tanah kelahiranku
C
Rinduku tebal kasih yang kekal
G C C/B Am
Detik ke detik bertambah tebal

Am Em F G C C/B Am
Pagi yang kutelusuri riuh tak bernyanyi
Am Em G F G C
Malam yang aku jalani sepi tak berarti
C
Saat kereta mulai berjalan
G C
Rinduku tebal tak tertahankan

C
Terlintas jelas dalam benakku
G C
Makian bapak usirku kupergi
C
Hanya menangis yang emak bisa
G C C/B Am
Dengan terpaksa kutinggalkan desa

Am Em
Seekor kambing kucuri
F G C C/B Am
Milik tetangga tuk makan sekeluarga
Am Em
Bapak tak mau mengerti
F G C
Hilang satu anak tuk harga diri


C C/B Am Em
Aku pergi meninggalkan coreng hitam dimuka bapak
F G C
Yang membuat malu keluargaku
C C/B Am Em
Ku ingin kembali mungkinkah mereka mau terima
F G C
rinduku


C
Maafkan semua kesalahanku
G C
Kursi kereta yang pasti tahu

Pulanglah

Padi menguning tinggal di panen
Bening air dari gunung
Ada juga yang kekeringan karena kemarau

Semilir angin perubahan
Langit mendung kemerahan
Pulanglah kitari lembah persawahan

Selamat jalan pahlawanku
Pejuang yang dermawan
Kau pergi saat dibutuhkan saat dibutuhkan

Keberanianmu mengilhami jutaan hati
Kecerdasan dan kesederhanaanmu
Jadi impian

Pergilah pergi dengan ceria
Sebab kau tak sia sia
Tak sia sia
Tak sia sia
Pergilah kawan
Pendekar

Satu hilang seribu terbilang
Patah tumbuh hilang berganti
Terimalah sekedar kembang
Dan doa doa

Suci sejati
Suci sejati

Puing

Puing berserakan di segenap penjuru

bekas pertempuran

bau amis darah di segenap penjuru

sesak nafasku


mayat-mayat bergeletakan

tak terkubur dengan layak

dan burung-burung bangkit menatap liar

dan burung-burung bangkai berdansa senang


di ujung sana banyak orang kelaparan

ujung lainnya, wabah busung menyerang

di sudut sana banyak orang kehilangan

sudut lainnya bayi bertanya bimbang:

"mama kapan papah pulang?"

"mama sebab apa perang?"


banyak jatuh korban

dari mereka yang tak mengerti apa-apa

suara tangis terdengar dari bekas reruntuhan

seorang ibu muda yang baru melahirkan

lama meratapi sesosok mayat tubuh suaminya


dan burung burung bangkai menatap liar

dan burung-burung bangkai berdansa senang


tinggi peradaban teknologi berkembang

senjata hebat terciptakan

sarana pembantaian semakin bisa diwujudkan

oh, mengerikan..........


berhentilah...

jangan salah gunakan

kehebatan ilmu pengetahuan untuk menghancurkan

dan burung burung bangkai menatap liar

dan burung-burung bangkai berdansa senang

Potret

Melihat anak-anak kecil berlari-larian

Di perempatan jalan kota-kota besar

Mengejar hari yang belum dimengerti

Sambil bernyanyi riang menyambut resiko

Melihat anak-anak sekolah berkelahi

Di pusat keramaian kota-kota besar

Karena apa tak ada yang mengetahui

Sementara darah yang keluar bertambah banyak


Melihat anak-anak muda di ujung gang

Berkelompok tak ada yang dikerjakan

Selain mengeluh dan memanjakan diri

Hari esok bagaimana besok


Mendengar orang-orang pandai berdiskusi

Tentang kesempatan yang semakin sempit

Tentang kemunafikkan yang kian membelit

Tetapi tetap saja tinggal omongan


Merasa birokrat bersilat lidah

S'perti tukang obat di jalanan

Mencoba meyakinkan rakyat

Bahwa di sini seperti di surga

Tak adakah jalan keluar?

PHK

lelaki renta setengah baya

geram di trotoar jalan

saat panas tikam kepala

seorang buruh disingkirkan

bising mesin menyulut resah

masih bisa engkau pendam

canda anak istri di rumah

bangkitkan kau untuk bertahan


oh ya ya... oh ya ya... oh ya.......

oh ya ya... oh ya ya... oh ya.......


pesangon yang engkau kantongi

tak cukup redakan gundah

tajam pisau kepalan tangan

antarkan kau ke pintu penjara


oh ya ya... oh ya ya... oh ya.......

oh ya ya... oh ya ya... oh ya.......


sedaunau nanah dari matamu

tak mampu jatuhkan hati mereka

serimba luka di dalam jiwa

juga tak berarti


hitam benak

kini mulai akrab

hitam benak

isi hari-harimu

kau tafakur di jeruji pengap

kau menjerit coba melawan

Pesawat Tempurku

Intro: A F#m E D C#m Bm A

A
Waktu kau lewat aku sedang mainkan gitar
F#m E A
Sebuah lagu yang kunyanyikan tentang dirimu
A
Seperti kemarin kamu hanya lemparkan senyum
F#m E A
Lalu pergi begitu saja bagai pesawat tempur

A
Hei kau yang manis singgahlah dan ikut bernyanyi
F#m E A
Sebentar saja nona sebentar saja hanya sebentar

A
Rayuan mautku tak membuat kau jadi galak
F#m E D A
Bagai seorang diplomat ulung engkau mengelak
F#m E F#m B
Kalau saja aku bukanlah penganggur sudah kupacari kau
F#m E
Jangan bilang tidak bilang saja iya
D B E
Iya lebih baik dari pada kau menangis

Reff: A
Penguasa penguasa berilah hambamu uang
D A
Beri hamba uang beri hamba uang
A
Penguasa penguasa berilah hambamu uang
D A
Beri hamba uang beri hamba uang
D A
Beri hamba uang beri hamba uang

Int: A F#m E A
A F#m E F#m G D A

A
Oh ya andaikata dunia tak punya tentara
F#m E A
Tentu tak ada perang yang banyak makan biaya
A
Oh ya andaikata dana perang buat diriku
F#m E A
Tentu kau mau singgah bukan cuma tersenyum

F#m E
Kalau hanya senyum yang engkau berikan
F#m B
Westerling pun tersenyum
F#m E
Oh singgahlah sayang pesawat tempurku
D B E
Mendarat mulus didalam sanubariku

Kembali ke: Reff

Perempuan Malam

Intro: D

D
Perempuan malam mandi di kali
D
Buih-buih busa shampo ketengan
D
Di atas kepala lewat kereta
D
Yang berjalan lamban nakal menggoda

C G
Disambut tawa renyah memecah langit
C D
Dengus kereta semakin genit

Int: D

D
Semua noda coba dibersihkan
D
Namun masih saja terlihat kotor
D
Karena kereta kirimkan debu
D
Yang datang tak mampu ia tepiskan

C G
Perempuan malam kenakan handuknya
C D
Setelah usap seluruh tubuhnya

Reff: A D A D
Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari
A D A Bm
Keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat
G D G D
Segelas kopi sebatang rokok segurat catatan yang tersimpan
G D A
Perempuan malam menunggu malam untuk panjangnya malam

Bm G A
Oo... oo.. oo... oo..
Bm G A
Oo... oo.. oo... oo..

Int: D

D
Perempuan malam di ikat tali
D
Di hidup di mimpi di hatinya
D
Aku hanya lihat dari jembatan
D
Tanpa mampi untuk melepaskan

C G
Perempuan malam di pinggir jerami
C D
Nyanyikan do'a nyalakan api
C G
Perempuan malam di pinggir jerami
C D
Nyanyikan do'a nyalakan api

Int: D

Kembali ke: Reff (fade out)

Panggilan Dari Gunung

Panggilan dari gunung

Turun ke lembah-lembah

Kenapa nadamu murung

Langkah kaki gelisah

Matamu separuh katup

Lihat kolam seperti danau

Kau bawa persoalan

Cerita duka melulu


Disini menunggu

Cerita yang lain


Berapa lama diam

Cermin katakan bangkit

Pohon-pohon terkurung

Kura-kura terbius

Opiniku

manusia sama saja dengan binatang

selalu perlu makan

namun caranya berbeda

dalam memperoleh makanan

binatang tak mempunyai akan dan pikiran

segala cara halalkan demi perur kenyang

binatang tak pernah tau rasa belas kasihan

padahal di sekitarnya tertatih berjalan pincang


namun kadangkala

ada manusia seperti binatang

bahkan lebih keji dari binatang


tampar kiri kanan

alasan untuk makan

padahal semua tahu dia serba kecukupan

himpit kiri kanan

lalu curi jatah orang

peduli sahabat kental kurus kering kelaparan

Nyanyianmu

C Em
Kau petik gitar
F
Nyanyikan lagu
Am
perlahan
G
Usap hatiku...
C Em
Terucap janjiku
F
untukmu
C G
Tenggelamku di
C
tembangmu

C Em
Tulikanlah kedua
F
telingaku
Am
Butakanlah kedua bola
G
mataku
C Em
Agar tak kulihat dan
F
kudengar
C
Kedengkian yang
G C
mungkin benam

Am G F G
memang aku jatuh
Am G F G
Dalam cengkeramanmu
Am G F G
Sungguh aku minta


C
Teruskanlah kau
G
bernyanyi
F G C
Kau kudengar itu pasti
C
Teruskanlah kau
G
bernyanyi
F G
Dan jangan lagumu
C
terhenti

Nona

Sudah cukup jauh perjalanan ini

Lewati duka lewati tawa

Lewati s'gala persoalan

Kucoba berkaca pada jejak yang ada

Ternyata aku sudah tertinggal

Bahkan jauh tertinggal


Bodohnya diriku tak percaya padamu

Lalu sempat aku berpikir

Untuk tinggalkan kamu


Reff.

Nona, maafkan aku

Oh nona peluklah aku

nona begitu perkasanya dirimu

Yakiniku

Nona marahlah padaku

Nona nonaku


Aku tak peduli apa kata mereka

Hari ini engkau di sini

Esok tetap di sini

Negara

Negara harus bebaskan biaya pendidikan
Negara harus bebaskan biaya kesehatan
Negara harus ciptakan pekerjaan
Negara harus adil tidak memihak

Itulah tugas negara
Itulah gunanya negara
Itulah artinya negara
Tempat kita bersandar dan berharap

Kenapa tidak ?
Orang kita kaya raya
Baik alamnya
Maupun manusianya

Dan ini yang kita pelajari sejak bayi
Hanya saja kita tak pandai mengolahnya

Oleh karena itu bebaskan biaya pendidikan
Biar kita pandai mengarungi samudera hidup
Biar kita tak mudah dibodohi dan ditipu
Oleh karena itu biarkan kami sehat
Agar mampu menjaga kedaulatan tanah air ini

Negara negara
Negara harus seperti itu
Bukan hanya di surga di duniapun bisa

Negara negara
Negara harus begitu
Kalau tidak bubarkan saja
Atau ku adukan pada sang sepi

Negara harus berikan rasa aman
Negara harus hormati setiap keyakinan
Negara harus bersahabat dengan alam
Negara harus menghargai kebebasan

Itulah tugas negara
Itulah gunanya negara
Itulah artinya negara
Tempat kita bersandar dan berharap
Selain Tuhan

Nak

Intro: C F C G C G Am
F C G C

C F C
Jauh jalan yang harus kau tempuh
G Am G C
Mungkin samar bahkan mungkin gelap
C F C
Tajam kerikil setiap saat menunggu
G Am F G C
Engkau lewat dengan kaki tak bersepatu

Reff: Em F C
Duduk sini nak dekat pada bapak
G Am F G C
Jangan kau ganggu ibumu
Em F C
Turunlah lekas dari pangkuannya
G Am F G C
Engkau lelaki kelak sendiri

Int: C

C F C
Jauh jalan yang harus kau tempuh
G Am G C
Mungkin samar bahkan mungkin gelap

Int: G F G Dm G F
Em F Em F
Dm Bb F C

Kembali ke: Reff

Mimpi yang Terbeli

Berjalan di situ...di pusat pertokoan

Melihat-lihat barang-barang yang jenisnya

beraneka ragam

Cari apa di sana....pasti tersedia

Asal uang di kantong cukup

Itu tak ada soal

Aku ingin membeli..kamu ingin membeli

Kita ingin membeli...semua orang ingin membeli

Apa yang dibeli...mimpi yang terbeli...

Tiada pilihan selain mencuri..

Sampai kapan mimpi-mimpi itu kita beli

Sampai nanti sampai habis terjual harga diri

Sampai kapan harga-harga itu melambung tinggi

Sampai nanti sampai kita tak bisa bermimpi

Segala produksi ada disini

Menggoda kita 'tuk memiliki

Hari-hari kita berisi hasutan

Hingga kita tak tau diri sendiri

Melihat anak kecil mencuri mainan

Yang bergaya tak terjangkau olh bapaknya

Mereka Ada di Jalan

Pukul 3 sore hari

Di jalan yang belum jadi

Aku melihat anak-anak kecil

Telanjang dada telanjang kaki

Asik mengejar bola

Kuhampiri kudekati

Lalu duduk di tanah yang lebih tinggi

Agar lebih jelas lihat dan rasakan

semangat mereka keringat mereka

Dalam memenangkan pernainan


Ramang kecil, Kadir kecil menggiring bola di jalanan

Ruli kecil, Ricky lika-liku jebolkan gawang


Tiang gawang puing-puing

Sisa bangunan yang tergusur

Tanah lapang hanya tinggal cerita

Yang nampak mata hanya para pembual saja


Anak kota tak mampu beli sepatu

Anak kota tak punya tanah lapang

Sepak bola menjadi barang yang mahal

Milik mereka yang punya uang saja

Dan sementara kita di sini

Di jalan ini


Bola kaki dari plastik

Ditendang mampir ke langit

Pecahlah sudah kaca jendela hati

Sebab terkena bola tentu bukan salah mereka


Roni kecil, Heri kecil, gaya samba sodorkan bola

Nobon kecil, Juki kecil, jegal lawan amankan gawang

Cipto kecil, Suwadi kecil, tak tik tuk tak terinjak paku

Yudo kecil, Paslah kecil, terkam bola jatuh menangis

Mencetak Sawah

Kubaca koran pagi sambil ngopi

Ada kabar menarik hati

Konglomerat akan mencetak sawah

Di atas tanah milik siapa

Aku jadi berfikir

Untuk apa berupaya membuat sawah

Sebab tanah ini tak lagi berkah

Tak lagi ... ramah


Semua kan sia-sia

Karena kami tak lagi makan nasi

Dari bumi pertiwi ini

Dari keringat pak tani

Tanah-tanah suburmu sudah menjadi ranjang industri

Menjadi ayunan ambisi-ambisi


Demi gengsi demi aksi

Untuk apa sawah-sawah

Pak taniku sudah pergi

Menjadi pejalan kaki

Yang ... sepi

Mata Dewa

Di atas pasir senja pantai kuta

Saat kau rebah di bahu kiriku

Helai rambutmu halangi khusukku

Nikmati ramah mentari yang pulang

Seperti mata dewa 3x


Aku berdiri tinggalkan dirimu

Waktu sinarnya jatuh di jiwaku

Gemuruh ombak sadarkan sombongku

Ajaklah aku wahai sang perkasa


Seperti mata dewa 4x


Yang menangis tinggalkan diriku }

Yang menangis lupakanlah aku } 2x

Senja di hati


Lidah gelombang jilati batinku

Belaian karang sampai ke jantungku

Hingga matahari ajak aku pergi

Kasihku tulus setulus indahmu


Seperti mata dewa 4x


Yang menangis tinggalkan diriku }

Yang menangis lupakanlah aku } 2x

Senja di hati

Masih Bisa Cinta

Hari ini kau patahkan hatiku
Kau patahkan niatku
Kau patahkan semangatku

Entah mengapa ku masih bisa cinta
Bisa cinta padamu
Kumaafkan salahmu

Berjanjilah berjanjilah untukku

Datang padaku
Lihat mataku
Akan kucoba perhatikan kamu

Datang padaku
Rasa hatiku
Akan kucoba terus cinta kamu

Air mata tak akan ku uraikan
Hanya mengelus dada
Kumaafkan salahmu

Manusia Setengah Dewa

Intro: A

A E F# C#
Wahai presiden kami yang baru
D E
Kamu harus dengar suara ini
A E F# C#
Suara yang keluar dari dalam goa
D E
Goa yang penuh lumut kebosanan

A E F# C#
Walau hidup adalah permainan
D E
Walau hidup adalah hiburan
A E F# C#
Tetapi kami tak mau dipermainkan
A E
Dan kami juga bukan hiburan

F# C# D E
Turunkan harga secepatnya
F# C# D E
Berikan kami pekerjaan
F# C#
Pasti kuangkat engkau
D E
Menjadi manusia setengah dewa

Int: E

Reff: A E
Masalah moral masalah akhlak
A D5 E
Biar kami cari sendiri
A D5 A E
Urus saja moralmu urus saja akhlakmu
A D5 E
Peraturan yang sehat yang kami mau

F# C# D E
Tegakkan hukum setegak-tegaknya
F# C# D E
Adil dan tegas tak pandang bulu
F# C#
Pasti kuangkat engkau
D E
Menjadi manusia setengah dewa

Int: E
A E F# C# D E (2x)

Kembali ke: Reff

F# C# D E
Turunkan harga secepatnya
F# C# D E
Berikan kami pekerjaan
F# C# D E
Tegakkan hukum setegak-tegaknya
F# C# D E
Adil dan tegas tak pandang bulu
F# C#
Pasti kuangkat engkau
D E
Menjadi manusia setengah dewa

A E F# C#
Wahai presiden kami yang baru
D E
Kamu harus dengar suara ini

Mabuk Cinta

Intro: E F#m G#m F#m (2x)

E F#m G#m F#m
Pagi ini ayamku berkokok keras sekali

E F#m G#m F#m
Seperti memaki bangunkan aku dari mimpi

E F#m G#m F#m
Daram diram diram dararam diram dararam

E F#m G#m F#m
Hari ini pacarku yang cantik telah kembali

E F#m G#m F#m
Melelehkan hatiku yang s’lama ini mati suri

A G#m F#m E E F#m G#m A
Aku bahagia, sekali lagi ku jatuh cinta

G#m F#m B
Hari istimewa, kar’na kau kembali percaya padaku
[Lirik Mabuk Cinta — http://www.liriklagumusik.com]

E F#m G#m F#m
Reff I : Woo… hari ini aku bahagia

Kau kembali

E F#m G#m F#m
Woo… hari ini aku bahagia

E
Jatuh cinta lagi

Int: E F#m G#m F#m

E F#m
Wangi bunga, hangat mentari

G#m F#m
Semua jelas kurasakan asyik sekali

E F#m
Rasa benci, sakit hati

G#m F#m
Terbang menghilang, jauh pergi

A G#m
Aku bahagia…

F#m E E F#m G#m A
Denganmu lagi ku jatuh cinta

G#m F#m B
Hari istimewa, kar’na kau kembali percaya padaku

Kembali ke: Reff 1

Int: E F#m G#m F#m (2x)

A Gm
Jika aku tahu dari dulu saja

B F#m
Aku tak mau khianati kamu

A Gm
Jika aku tahu begini rasanya

B
Aku mau bahagia sampai mati

F# G#m A#m G#m
Reff I I: Woo… hari ini aku bahagia

Kau kembali

F# G#m A#m G#m
Woo… hari ini aku bahagia

F#
Jatuh cinta lagi

F# G#m A#m G#m
Uuh… hari ini aku bahagia

Kau kembali

F# G#m A#m G#m
Uuh… hari ini aku bahagia

E F#m
Jatuh cinta lagi

E F#m G#m F#m
Ku mabuk cinta

E F#m
Ku mabuk cinta

G#m F#m
Lagi-lagi mabuk… lagi-lagi cinta

E F#m G#m F#m
Bolak-balik jatuh… bolak-balik cinta

E F#m G#m F#m
Ku mabuk cinta

E
Ku mabuk cinta
Coda: E F#m (2x) E

Maafkan Cintaku

Intro: D A D A D A Bm
G D A D G D

Em D
Ingin kuludahi mukamu yang cantik
Em D
Agar kau mengerti bahwa kau memang cantik
Bm F#m
Ingin kucongkel keluar indah matamu
G D A D
Agar engkau tahu memang indah matamu

Em D
Harus ku akui bahwa aku pengecut
Em D
Untuk menciummu juga merabamu
Bm F#m
Namun aku tak takut untuk ucapkan
G D A D
Segudang kata cinta padamu

Reff: F#m G F#m G
Mengertilah perempuanku
D A Bm
Jalan masih teramat jauh
D A
Mustahil berlabuh
Em Bm
Bila dayung tak terkayuh
G D
Maaf cintaku
G A D
Aku menggurui kamu
G D
Maaf cintaku
G A D
Aku menasehati kamu

Kembali ke: Reff

Lonteku

Intro: Em C C/B Am

Em C C/B Am F Em (2X)

Em D

Hembusan angin malam waktu itu

C C/B Am D Em

Bawa lari ku dalam dekapanmu

Em D

Kau usap luka di sekujur tubuh ini

C C/B Am G G/F#

Sembunyilah-sembunyi ucapmu...

Em D

Nampak jelas rasa takut di wajahmu

C C/B Am D Em

Saat petugas datang mencariku


Int: Em C C/B Am

Em C C/B Am F Em


Reff.

C D G C G

Lonteku... terima kasih

C C/B Am F Em

Atas pertolonganmu di malam itu

C D G C G

Lonteku... dekat padaku

C C/B Am F Em

Mari kita lanjutkan cerita hari esok


G D G Bm C C/B

(*) Walau kita berjalan dalam dunia hitam

Am F D

Benih cinta tak pandang siapa

G D G Bm C C/B

Meski semua orang singkirkan kita

Am F D G

Genggam tangan erat-erat kita melangkah


Int : Aadd9 Bm Aadd9 Em Aadd9 Bm C D Em


Kembali ke Reff, (*), Reff (2x), fade out

Lho

Kuberlari bersama hati

Memandang sejuta pilihan

Kuikuti kehendak hati

Bersama tawa antara kita

Yang seakan lupa diri

Kumemilih kaupun pilih...

sendiri...

Tanpa kompromi dan kita

ingin.....

Aku dapati yang 'kan kucari

Dan sore s'galanya mimpi

Sejuta selera yang tak

berbeda

Tak akan juga berbunga nyata

Pikirlah lagi sebelum

kau jadi

Banyak hari yang 'kan pasti

Dan hari terus berganti

silakan cari....

Kwek...Kwek...Kwek...

Kawan apa kabar mu, kawan kemana kamu

Kawan apa kabar mu, kawan dimana kamu

Bingung-bingung dia bingung, kawan ku bingung

Pusing-pusing dia pusing, kawan ku pusing

Minggat-minggat dia minggat, kawan ku minggat

Ya..ya..ya..ya.......ya..ya..ya.......ya...ya..ya...

Pacar apa kabar mu, pacar kenapa kamu

Pacar apa kabar mu, pacar apa mau mu

Senyum-senyum tersenyum, pacar ku tersenyum

Manja-manja sangat manja, pacar ku manja

Kwek-kwek...kwek-kwek cerewet, pacar ku cerewet

Ya..ya..ya..ya.......ya..ya..ya.......ya...ya..ya...


Tuan apa kabar mu, tuan siapa kamu

Tuan apa kabar mu, tuan mana janji mu

Ta - ta - ta - ta perintah, senang merintah

Cat - cat - cat - cat memecat, senang memecat

Si - si - si - si korupsi, senang korupsi

Ya..ya..ya..ya.......ya..ya..ya.......ya...ya..ya...

Kupu-Kupu Hitam Putih

Intro : C G/B Bb Am

C F C

C F C F Em Dm

Menunggu matahari terbit dimusim hujan

C F Dm C F Dm C

Mendung menjadi teman ada juga keindahannya

C F C F Dm

Butir embun yang ada di daun bagai intan berlian

C F Dm C F Dm C

Lebih riang ia berkilauan karena matahari tertutup awan


C F C F Em Dm

Suara burung di dahan nyanyian alam

C F Dm C F Dm C

Bekerja ia mencari makan ada juga yang membuat sarang

Dm Em F C Dm Em F G

Iri aku menyaksikan itu tapi kutekan aku harus bersyukur

Dm Em F C Dm Em F G

Berguru pada kenyataan pada makhluk tuhan yang katanya tak berakal


F#m C#m

Mendung datang lagi setelah hangat sebentar

F#m C#m

Butir embun hilang aku jadi termenung

D C#m

Mencari pegangan mencoba untuk bersandar

D F#m C#m

Langit makin hitam aku jadi berharap pada hujan


C G/B

Kupu-kupu hitam putih terbang di sekitarku

Bb Am

Melihat ia menari hatiku terpatri

C G

Sepasang merpati bercumbu di balik awan

Bb Am

Kemudian ia turun menukik sujud syukur pada-Nya

Kuli Jalan

derap langkah dan reringat kuli pembuat jalan

dengan pengki ditangan kiri, pacul di pundak kanan

dengus nafasnya, terdengar bagai suara kereta

keringat mereka menyengat aroma penderitaan

berjalan gontai perlahan

berbaris bagai tentara yang kalah perang

kerja keras kau lakukan

walau upah tak berimbang

bak sapi perahan


kuli jalan kerja siang dan malam

kuli jalan peduli curah hujan

kuli jalan panas tak dihiraukan

kuli jalan upah jauh berimbang

kuli jalan pahlawan terlupakan

kuli jalan menangis di lubang galian

kuli jalan resah di kaki Tuan

kuli jalan anak isteri menunggu bimbang

Ku Menanti Seorang Kekasih

lntro : F Dm Bb C


F Bb


Bila mentari bersinar lagi


C F C


Hatiku pun ceria kembali


F Bb


Ku tatap mega tiada yang hitam


C F


Betapa indah hari ini



C


Reff : Ku menanti seorang kekasih


Bb F


Yang tercantik, yang datang di hari ini


C


Adakah dia kan selalu setia


F Bb F


Bersanding hidup penuh pesona


C F


Harapanku



Bb C F


(*) Jangan kau tak menepati janji


C F


Datanglah dengan kasihmu


Bb C F


Andai kau tak datang hari ini


C F


Punah harapanku



lnt: F Dm Bb C




F Bb


Ku tatap mega tiada yang hitam


C F


Betapa indah hari ini



Kembali ke : Reff, (*)

Kota

Kota adalah rimba

belantara buas

Dari yang terbuas.....

Setiap jengkal lorong

dan pecik darah

Darah dari iri...

darah dari benci

Bahkan darah dari sesuatu

yang tak pasti....

Kota adalah rimba belantara

liar dari yang terliar....

Setiap detik lidah-lidah liar

rakus menjulur lapar...

Tangis bayi adalah lolong

srigala...di bawah bulan....

Lengking tinggi merobek

batu-batu tebing keras dan kejam

Bernafas diantara sikut

licik dan garang

Bergerak diantara ganasnya

selaksa karat.....

Kota adalah hutan belantara

akal

Kuat dan berakar....

menjurai....

Di depan mata...siap

menjerat...

di depan mata....

siap menjerat....

leher kita.....

Kesaksian

aku mendengar suara

jerit makhluk terluka

luka, luka

hidupnya

luka

orang memanah rembulan

burung sirna sarangnya

sirna, sirna

hidup redup

alam semesta

luka


banyak orang

hilang nafkahnya

aku bernyanyi

menjadi saksi


banyak orang

dirampas haknya

aku bernyanyi

menjadi saksi


mereka

dihinakan

tanpa daya

ya, tanpa daya

terbiasa hidup

sangsi


orang-orang

harus dibangunkan

aku bernyanyi

menjadi saksi


kenyataan

harus dikabarkan

aku bernyanyi

menjadi saksi


lagu ini

jeritan jiwa

hidup bersama

harus dijaga

lagu ini

harapan sukma

hidup yang layak

harus dibela

Kereta Tiba Pukul Berapa

G

Hilang sabar dihati dan tak terbendung lagi

Em

Waktu itu

G

Lama memang kutunggu kedatanganmu

Em

Sobat karibku

D

Datang telegram darimu

D

Dua hari yang lalu

Am

Tunggu aku

C D G

Di stasiun kereta itu pukul satu


G

Ku pacu sepeda motorku

G

Jarum jam tak mau menunggu

Em

Maklum rindu

G

Traffic light aku lewati

G

Lampu merah tak peduli

Em

Jalan terus


D

Di depan ada polantas

D

Wajahnya begitu buas

Am

Tangkap aku

C D G

Tawar menawar harga pas tancap gas


C G

Sampai stasiun kereta

D G

Pukul setengah dua

C G

Duduk aku menunggu

D G

Tanya loket dan penjaga

C D G

Kereta tiba pukul berapa


Em D G

Biasanya...kereta terlambat

C D G

Dua jam mungkin biasa


Dua jam cerita lama

Rabu, 09 Juli 2008

Kemesraan

D G
Suatu hari Dikala kita duduk ditepi pantai
Em A D
Dan memandang ombak dilautan yang kian menepi
D G
Burung camar terbang bermain diderunya air
Em A D
Suara alam ini hangatkan jiwa kita
D G
Sementara sinar surya perlahan mulai tenggelam
Em A D
Suara gitarmu mengalunkan melodi tentang cinta
D G
Ada hati membara erat bersatu
Em A D
Getar seluruh jiwa tercurah saat itu


Reff:
G A D
Kemesraan ini... janganlah cepat berlalu
G A D
Kemesraan ini... inginku kenang selalu
G A D
Hatiku damai... jiwaku tentram disamping mu
G A D
Hatiku damai... jiwa ku tentram bersamamu

Kembang Pete

C Em
Ku berikan padamu
Am
Setangkai kembang pete
F G C
Tanda cinta abadi namun kere
C Em Am
Buang jauh-jauh impian mulukmu
F G C
Sebab kita tak boleh bikin uang palsu
C Em Am
Kalau diantara kita jatuh sakit
F G C
Lebih baik tak usah ke dokter
C Em Am
Sebab ongkos dokter disini
F G C
Terkait di awan tinggi


F G C Em Am
Cinta kita cinta jalanan
F G C
Yang tegak mabuk dipersimpangan
F G C Em Am
Cinta kita jalanan
F G C
Yang sombong menghadap keadaan


C Em F G C
Semoga hidup kita bahagia
C Em F G C
Semoga hidup kita sejahtera

C Em F G C
Semoga hidup kita bahagia
C Em F G C
Semoga hidup kita sejahtera


C Em Am
Kuberikan padamu sebuah batu akik
F G C
Tanda sayang bathin yang tercekik
C Em Am
Rawat baik-baik walau kita terjepit
F G C
Dari kesempatan yang semakin sempit

KaSaCiMa

Yang aku mau kau tunggu
Janganlah terburu nafsu
Pasti kudatangi kamu
Tak mungkin kau ku kibuli

Kasihku kasih terkasih
Sayangku sayang tersayang
Cintaku cinta tercinta
Manisku manis termanis

Rinduku setengah mati
Kalbuku menggebu-gebu
Mari sini dekat padaku
Kucium kau berulang kali

Hidup ini indah
Berdua semua mudah
Yakinlah melangkah
Jangan lagi gelisah

Kalau kau tak mau menunggu
Aku tak pandai merayu
Percayalah kau padaku
Percaya ya percayalah

Suka dan duka biasa
Cemburu jangan membuta
Senyumlah engkau kekasih
Problema jadi tak perih

Karena Kau Bunda Kami

Kami berdiri disini mencoba menjaga hidup mu

Bukan hanya sekedar mencintai

Bukan sekedar melindungi, karena kau bunda kami

Kami minum air susu mu, dihidupi tanah mu

Dimandikan oleh air mu

Kami berdoa, karena kau bunda kami


Lihatlah fajar pagi telah menyingsing

Dengarkan doa kami, karena kau bunda kami


Biar keadilan sulit terpenuhi, biar kedamaian sulit terpenuhi (2x)

Kami berdiri menjaga diri mu, karena kau bunda kami

Jendela Kelas Satu

Intro: D Bm D Bm

D A G D
Duduk dipojok bangku deretan belakang
D A Bm
Didalam kelas penuh dengan obrolan
A G D
Slalu mengacau laju hayalan

D A G D
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
D A Bm
Dari sana pula aku mulai mengenal
A G D
Seraut wajah berisi lamunan

Int: D A Bm A G D Em A
D A Bm A D Bm A

D A G D
Bibir merekah dan merah selalu basah
D A Bm
Langkahmu tenang kala engkau berjalan
A G D
Tinggi semampai gadis idaman

Reff: F#m Bm
Kau datang membawa
F#m Bm
Sebuah cerita
G D A D
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
G D A D
Darimu itu pasti lagu ini tercipta

Int: G A F#m Bm A G Bm
G A F#m D G
Bm A G Bm A G Bm

D A G D
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
D A Bm
Tembus pandang kekantin bertalu rindu
A G D
Datang mengetuk pintu hatiku

Kembali ke: Reff

Coda: D A Bm
D A D

Jangan Tutup Dirimu

Dari hati yang paling dalam

Kudendangkan...sebuah

lagu temani sepi

Sejenak iringi nurani

Ada jarak diantara kita

Selimuti sekian waktu

t'lah tersita

Ingin kubilang jarak

terbentang....semoga


Reff:

Datanglah kau kekasih

Dekap aku erat-erat

Jangan buang pelukku

yang tulus

Biarkan hujan turun

Basahi jiwa yang halus

Jangan tutup dirimu


Buat apa kau diam saja

Bicaralah agar aku

semakin tau

Warna dirimu duhai permata

Kau mimpiku...

aku tak bohong

Seperti yang kau kira


Seperti yang s'lalu kau duga

Pintaku kau percayalah

usah ragu


Reff:

Datanglah kau kekasih

Dekap aku erat-erat

Jangan campakkan pelukku

yang tulus

Biarkan hujan turun

Basahi jiwa yang kering

Jangan tutup dirimu

Jangan Bicara

jangan bicara soal idealisme

mari bicara berapa banyak uang di kantong kita

atau berapa dahsyatnya

ancaman yang membuat kita terpaksa onani

jangan bicara soal nasionalisme

mari bicara tentang kita yang lupa warna bendera sendiri

atau tentang kita yang buat

bisul tumbuh subur

di ujung hidung yang memang tak mancung


jangan perdebatkan soal keadilan

sebab keadilan bukan untuk diperdebatkan

jangan cerita soal kemakmuran

sebab kemakmuran hanya untuk anjing si Tuan Polan


lihat di sana... di Urip meratap

di teras marmer direktur Mutat

lihat di sana... si Icih sedih

di ranjang empuk waktu majikannya menindih


lihat di sana.... parade penganggur

yang tampak murung di tepi kubur


lihat di sana....... antrian pencuri

yang timbul sebab nasinya dicuri

jangan bicara soal runtuhnya moral

mari bicara tentang harga diri yang tak ada arti

atau tentang tanggung jawab

yang kini dianggap sepi

Jalan yang Panjang Berliku

Jalan panjang yang berliku

Jalan lusuh dan berbatu

Namun kuharus mampu menempuh

Bersama beban di batinku

Kudatang berlumur debu

Kupergi bersama bayu

Diantara gelisah

Kucoba untuk tetap kukuh


Tiadakan tempat kuberteduh

Dikala luka membiru

uh .. uh .. uh ..

Segenggam harapan dalam jiwa

Hilang punah tiada kesan ..


Dikegelapan ..

Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi

raung buldozer gemuruh pohon tumbang

berpadu dengan jerit isi rimba raya

tawa kelakar badut-badut serakah

dengan HPH berbuat semaunya

lestarikan alam hanya celoteh belaka

lestarikan alam mengapa tidak dari dulu...

oh mengapa.....


oh...oh...ooooo......

jelas kami kecewa

menatap rimba yang dulu perkasa

kini tinggal cerita

pengantar lelap si buyung


bencana erosi selalu datang menghantui

tanah kering kerontang

banjir datang itu pasti

isi rimba tak ada tempat berpijak lagi

punah dengan sendirinya akibat rakus manusia

lestarikan hutan hanya celoteh belaka

lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja


oh...oh...ooooo......

jelas kami kecewa

mendengar gergaji tak pernah berhenti

demi kantong pribadi

tak ingat rejeki generasi nanti


bencana erosi selalu datang menghantui

tanah kering kerontang

banjir datang itu pasti

isi rimba tak ada tempat berpijak lagi

punah dengan sendirinya akibat rakus manusia

Ini Si Trendi

Ini si trendy menari memuja diri

Ini si trendy bergaya pasang aksi

Hidupnya penuh basa-basi

Ingin di anggap paling sexy

Tiap hari maunya dipuji

Ya-ya-ya ... ya-ya-ya ...

Hidup diperbudak gengsi

Ini si trendy menari gaya babi ngepet

Ini si trendy menyanyi karaoke

Suaranya mirip bebek

Ya-ya-ya ... ya-ya-ya ...

Matanya merem melek

Ya-ya-ya ... ya-ya-ya ...

Yang penting bisa di potret


Ngetrend ... trendy ... trendy ... trendy ...

Enggan ikut-ikut gengsi

Kuno ... kuno ... kuno ... kuno ...

Enggan ikut-ikut gengsi

Kuno ... kuno ... kuno ... kuno ...


Ini si trendy masih nari dan menyanyi

Ini si trendy genitnya semakin jadi

Orang-orang dianggap tuli

Modernisasi salah kaprah

Lantas menjadi latah

Ngetrend ... trendy ... trendy ... trendy ...

Ini Bukan Mimpi

Simaklah laguku ini
Tentang sebuah bencana
Tragedi umat manusia
Terjadi lagi
Terjadi lagi

Alampun telah bersaksi
Atas tingkah laku kita
Tuhanpun telah menyapa
Memperingati
Memperingati

Ini bukan sandiwara
Ini bukan dalam mimpi
Ini bukan sandiwara
Ini bukan dalam mimpi

Ini kenyataan mari renungi
Ini bukan sandiwara
Ini bukan dalam mimpi
Ini kenyataan yang ada mari renungi

Demi keselamatan kita bersama
Mari kita berdoa
Pada Yang Kuasa
Berjanji kembali kejalan Illahi
Berjanji kembali kejalan Illahi
Kejalan Illahi

Imitasi

Join-join dong ayo kita kumpul duit

Dana siap kita berangkat

Pakaian rapi celana potongan napi

Taplak meja dirombak jadi dasi

Pergi kita cari sasaran

Malam ingin melepas keresahan

Lihat Popi pakai rok mini

Lihat Nancy pakai bikini

Tapi sayang sudah dibooking papi-papi

Reff.


Otakku tegang begitupun kawan sejalan

Cepat putar haluan tancap gas

Kita ngacir pergi ke taman lawang

Paginya Toto malamnya Titi

Paginya Sunarto malam Sunarti

Paginya Ahmad malamnya Asye

Paginya Ismet malam Isye

Aku melongo persis kebo bego

Jidat mengkerut persis jidat Darto

Lihat itu potongan abisnya mirip perempuan

Ikrar

Intro: DM7 C#m7 DM7 C#M7 Bm7 E A

DM7 C#m7
Meniti hari meniti waktu
DM7 C#m7
Membelah langit belah samudera
DM7 C#m7
Ikhlaslah sayang ku kirim kembang
Bm7 E A
Tunggu aku tunggu aku

DM7 C#m7
Rinduku dalam semakin dalam
DM7 C#m7
Perjalanan pasti kan sampai
DM7 C#m7
Penantianmu smangat hidupku
Bm7 E A
Kau cintaku kau bintangku

DM7 C#m7
Doakanlah sayang
Bbdim
Harapkanlah manis
DM7 E A
Suamimu segera kembali
DM7 C#m7
Doakanlah sayang
Bbdim
Harapkanlah manis
DM7 E A
Suamimu suami yang baik

DM7 C#m7
Kutitipkan semua yang ku tinggalkan
DM7 C#m7
Kau jagalah semua yang mesti kau jaga
DM7 C#m7
Permataku aku percaya padamu
DM7 C#m7
Permataku aku percaya padamu

Ikan Ikan

Ikan ikan kecil
Jadi santapan ikan ikan besar
Agar warna kulitnya berkilau
Di dalam akuarium kehidupan

Gelembung gelembung udara
Jadi syarat hidup sejahtera
Jikalau tidak mau celaka
Bikin senang hati pemiliknya

Ikan ikan kecil
Di sudut kiri peti televisi
Menjadi hiasan tersendiri
Walau tak lama mereka pergi

Ini kisah menahun
Juga tragedi bertahun tahun
Dibungkus merdu gemericik air
Jadi hiburan keluarga rukun

Ikan ikan kecil mati
Dimakan ikan ikan besar
Walau begitu adanya
Kuakui hatiku tergetar

Ikan ikan besar mati
Segala yang hidup pasti mati
Begitupun pemiliknya
Penjual dan penikmatnya

Tak ada yang lepas dari kematian
Tak ada yang bisa sembunyi dari kematian
Pasti

Ijinkan Aku Menyayangimu

F#m E
Andai kau ijinkan, walau sekejap memandang

F#m E
Kubuktikan padamu, aku memiliki rasa

F#m E
* Cinta yang kupendam, tak sempat aku tanyakan

F#M E
Karena kau t’lah memilih, menutup pintu hatimu

D
Ijinkan aku membuktikan

E
Inilah sesungguhnya rasa

F#m D E
Ijinkan aku menyayangimu

A A/G# F#m
Reff: Sayangku… oh… oh…

D E
Dengarkanlah isi hatiku

A A/G# F#m
Cintaku… oh… oh…

D G E
Dengarkanlah isi hatiku

Int: D C#m F#m E

Kembali ke: *, Reff

Int: A D F#m E (2x)

D
** Bila cinta tak menyatukan kita

C#m
Bila kita tak mungkin bersama

G E
Ijinkan aku tetap menyayangimu

Kembali ke: Reff, Coda

D C#m
Coda: Aku sayang padamu

D A
Ijinkan aku membuktikan

Ibu

(*)

Am FM7 Am

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh

FM7 Am/D E

Lewati rintang untuk aku anakmu

Am FM7 Am

Ibuku sayang masih terus berjalan

FM7 Am/D E Am

Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah

Am/B C Am/D FM7 Am

Seperti udara... kasih yang engkau berikan

C Am/D FM7 Am

Tak mampu ku membalas...ibu...ibu


Int : Am Am/C Am/B


Am FM7 Am

Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu

FM7 Am/D E Am

Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu


Am/B C Am/D FM7 Am

Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku

C Am/D FM7 Am

Dengan apa membalas...ibu...ibu....


Int : Am FM7 Am7 Am/D

Am C C/B


kembali ke (*)

Hura-hura Huru-Hara

Apa jadinya jika mulut dilarang bicara

apa jadinya jika mata dilarang melihat

apa jadinya jika telinga dilarang mendengar

jadilah robot tanpa nyawa

yang hanya mengabdi pada perintah

Apa jadinya jika saran berubah menjadi ancaman

apa jadinya jika lintah darat makin menghisap rakyat

apa jadinya jika keserakahan makin semena-mena

jadilah kepincangan keadilan

yang hanya melahirkan dendam


Hura-hura huru-hara

lingakaran setan semakin seram bentuknya

Hura-hura huru-hara

gelombang mara bahaya makin terasa


Apa jadinya jika petani tak lagi punya sawah

apa jadinya jika cukong-cukong menguasai tanah

apa jadinya jika hukum sekedar bendera-bendera pajangan

jadilah penghisapan sesama manusia

yang hanya melahirkan drakula-darkula


Hura-hura huru-hara

lingakaran setan semakin seram bentuknya

Hura-hura huru-hara

gelombang mara bahaya makin terasa

Hua..Ha..Ha...Ha..

Hua..ha..ha..ha......... Hua..ha..ha..ha.....

Hua..ha..ha..ha..ha..ha....... Hua..ha..ha......

Hua..ha..ha..ha......... Hua..ha..ha..ha.....

Hua..ha..ha..ha..ha..ha.......

Bukalah mulut kamu, lantangkan saja suara mu

Bebaskan jiwa kamu, tidak apa-apa dianggap gila

Daripada tak bisa tertawa itu sehat, menipu itu jahat


Hua..ha..ha..ha......... Hua..ha..ha..ha.....

Hua..ha..ha..ha..ha..ha....... Hua..ha..ha......

Hadapi Saja

Intro: F Dm G C F Em Am
Em Am Em F Am

Am Em
Relakan yang terjadi takkan kembali
Am Em
Ia sudah miliknya bukan milik kita lagi
Dm
Tak perlu menangis tak perlu bersedih
Am G
Tak perlu tak perlu sedu sedanmu
Am
Hadapi saja

Int: F Dm Em Am F Em Am

Am
Pasrah pada Ilahi
Em
hanya itu yang kita bisa
Am Em
Ambil hikmatnya ambil indahnya
Dm
Cobalah menari cobalah bernyanyi
Am G
Cobalah-cobalah mulai detik ini
Am
Hadapi saja

(*) Dm
Hilang memang hilang wajahnya
Am
terus terbayang
Dm
berjumpa di mimpi
C
Kau ajak aku untuk menari,
Em
bernyanyi
Am G F
Bersama bidadari malaikat
G Am
dan penghuni surga

Kembali ke: (*)

Am Em
Relakan yang terjadi takkan kembali
Am Em
Ia sudah miliknya bukan milik kita lagi
Am Em
Pasrah pada Ilahi hanya itu yang kita bisa
Am Em
Ambil hikmatnya ambil indahnya

Dm
Tak perlu menangis tak perlu bersedih
Am G
Tak perlu tak perlu sedu sedan itu
Am
Hadapi saja

Dm
Cobalah menari cobalah bernyanyi
Am G
Cobalah cobalah mulai detik ini
Am
Hadapi saja

Coda: F Dm G Am Em Am

Guru Oemar Bakrie

Intro : G C G D

G C G D G

G

Tas hitam dari kulit buaya

D G A D

"Selamat pagi!", berkata bapak Oemar Bakri

C G D G

"Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali!"

G

Tas hitam dari kulit buaya

D G A D

Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti

C G A D D C Bm Am

Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu


(*)

G

Laju sepeda kumbang di jalan berlubang

D G

S'lalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang

G

Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang

D G

Banyak polisi bawa senjata berwajah garang


G

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan

D G

"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan

G

Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang

D G

Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang

G

Busyet... standing dan terbang


Reff.

G D G

Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri

G A D

Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi

C G D G

Jadi guru jujur berbakti memang makan hati

G D G

Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri

G A D

Oemar Bakri... profesor dokter insinyur pun jadi

C G C G D G

Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri


Int : G D G

G A D

D C Bm Am


Kembali ke (*)


G

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan

D G

"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan

G

Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang

D

Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut

G

Bakrie kentut... cepat pulang


G D G

Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri

G A D

Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi

C G D G

Jadi guru jujur berbakti memang makan hati

G D G

Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri

G A D

Oemar Bakri... bikin otak seperti otak Habibie

C G C G D G

Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri


Coda : G D G (3x)

Gelisah

anak muda di ujung jalan

petik gitar jilati malam

mata merah hatinya berdarah

sebab apa tiada yang mau tahu

pada kelelawar ia mengadu

pada lampu-lampu jalan sandarkan angan

pada nada-nada lontarkan marah

pada alam raya ia berterus terang

aku gelisah


orang tua di remang-remang

cari teman hamburkan uang

senyum ramah tak ada di rumah

sebab apa tiada yang mau tau


pada kelelawar ia mengadu

pada lampu-lampu jalan sandarkan angan

pada nada-nada lontarkan marah

pada alam raya ia berterus terang

aku gelisah


gelisah jiwa bagai prahara

orang muda, orang tua

penuh amarah membabi buta

gelisah hidup penjara dunia

padang gelisah panas membara

hutan gelisah membakar hidup

gelisah langit, muntahkan badai

kebimbangan lahirkan gelisah

jiwa gelisah bagai halilintar

aku gelisah, aku gelisah,

aku gelisah.....


orang-orang saling bertengkar

untuk apa bukan soal lagi

keserakahan sudah menjadi nabi

kekusaan adalah jalan keluar

pada kelelawar ia mengadu

pada lampu-lampu jalan sandarkan angan

pada nada-nada lontarkan marah

pada alam raya ia berterus terang

aku gelisah


orang muda penuh luka

terkoyak nasib, tertikam gelisah

membalik hidup, menerkam nasib

gelisah badai, gelisah tidur

lingkaran gelisah, lingkaran setan

menggelinding datang dan pergi

di ujung jalan membaca hidup

adakah orang tidak gelisah

aku gelisah, aku gelisah,

aku gelisah.....

Gali Gongli

Lelaki kecil usia belasan

Rokok ditangan depan kedai tuak

Disela gurau tiga temannya

Di atas koran asyik main domino

Di lokalisasi pinggiran kota

Yang nama dosa mungkin tak bicara

Neraka poster indah

kamar remang

Engkau lahir lelaki

kecil malang


Reff:

Gali gongli bocah karbitan

Besar dari belaian

Ribuan bapak

Gali gongli anak rembulan

HIdup dari bibir yang

Iklankan tubuh mulus

Ibunya.......


Lelaki kecil usia belasan

Usai berjudi pagi habis subuh

Kembali....ia ditelan sepi

Entah esok apalagi

Hari depan........

Hari depan........

Galang Rambu Anarki

galang rambu anarki anakku

lahir awal januari menjelang pemilu

galang rambu anarki dengarlah

terompet tahun baru menyambutmu

galang rambu anarki ingatlah

tangisan pertamamu ditandai bbm

membumbung tinggi (melambung)

Reff:

maafkan kedua orangtuamu

kalau tak mampu beli susu

bbm naik tinggi

susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi

mungkin bayi kurang gizi (anak kami)


galang rambu anarki anakku

cepatlah besar matahariku

menangis yang keras, janganlah ragu

tinjulah congkaknya dunia buah hatiku


doa kami di nadimu

Frustasi

Generasiku banyak yang frustasi

Broken home istilah bule bule luar negeri

Mereka muak lihat papi mami bertengkar

Mereka jijik lihat papi mami slalu keluar

Ada urusan yang tak masuk di akal

Mami sibuk cari bujangan

Papi sibuk cari perawan

Timbang kesal lebih baik aku berhayal

Jadi orang besar

Seperti Hitler yang tenar

Jadi orang tenar

Persis Carter juragan kacang


Mata cekung badan persis capung

Tingkah sedikit bingung

Pikiran mirip mirip orang linglung

rambut selalu kusut

disuruh selalu manggut-manggut

duduk di sudut hei kasihan itu tubuh

Tinggal tulang sama kentut


Hei Mr. gelek loe tega

mata gua kok nggak bisa melek

hei Mr. gelek

duit gopek gua kira cepek

hei Mr. gelek perut laper ada tape

Pas gua sikat asem-asem nggak tahunya telek

Ethiopia

Dengar rintihan berjuta kepala

Waktu lapar menggila

Hamparan manusia tunggu mati

Nyawa tak ada arti

Kering kerontang meradang

Entah sampai kapan

Datang tikam nurani

Selaksa do'a penjuru dunia

Mengapa tak robah bencana

Menjerit Afrika mengerang Ethiopia

Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia

Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia

Derap langkah sang penggali kubur

Angkat yang mati dengan kelingking

Parade murka bocah petaka

Tak akan lenyap kian menggema

Nafas orang-orang disana

Merobek telinga telanjangi kita

Lalat-lalat berdansa cha cha cha

Berebut makan dengan mereka

Tangis bayi ditetek ibunya

keringkan airmata dunia

Obrolan kita dimeja makan

Tentang mereka yang kelaparan

Lihat sekarat dilayar Tv

Antar kita pergi ke alam mimpi

Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia

Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia

Disana terlihat ribuan burung nazar

terbang disisi iga-iga yang keluar

Jutaan orang memaki takdirnya

Jutaan orang mengutuk nasibnya

Jutaan marah....jutaan marah

Tak bisa berbuat apa-apa

Setiap detik selalu saja ada yang merintih

Setiap menit selalu saja ada yang mengerang

Aku dengar jeritan dari sisni...aku dengar

Aku dengar tangismu dari sini...aku dengar

Namun aku hanya bisa mendengar

Aku hanya bisa sedih

Hitam kulitmu sehitam nasibmu kawan

Waktu kita asik makan waktu kita asik minum

mereka haus..........mereka lapar

Mereka lapar...mereka lapar

Entah

Entah mengapa aku tak berdaya

waktu kau bisikkan,

"Jangan aku kau tinggalkan"

tak tahu di mana ada getar terasa

waktu kau katakan

"Kubutuh dekat denganmu"


seperti biasa aku diam tak bicara

hanya mampu pandangi

bibir tipismu yang menari


seperti biasa aku tak sanggup berjanji

hanya mampu katakan:

"Aku cinta kau saat ini"

entah esok hari

entah lusa nanti

entah


sungguh mati betina

aku tak mampu beri sayang yang cantik

seperi kisah cinta di dalam komik


sungguh mati betina

buang saja angan angan itu

lalu cepat peluk aku

lanjutkan saja langkah kita

rasalah....

rasalah....

apa yang terasa

Engkau Tetap Sahabatku

Dia adalah sahabatku bahkan lebih

Dia adalah yang diburu...datang padaku

Sekedar lepas lelah dan sembunyi

Untuk berlari lagi

Dia adalah yang terbuang...mengetuk pintuku

Penuh luka dipunggungnya...merah hitam

Dia menjadi terbuang....setelah harapannya....

dibuang.....

Bapaknya pegawai kecil....sandal jepit

yang kini di dalam penjara...sedang bela anaknya

Untuk darah daging yang tercinta

Selesaikan sekolah

Sahabatku...coba mencari kerja

Namun yang didapat cemooh

Harga dirinya berontak

Lalu dia tetapkan hati

Hancurkan sang pembuang

Air putih aku hidangkan...aku dipersimpangan

Seribu bahkan lebih..sejuta lebih

Pagi buta dia berangkat...diam-diam

Masih sempat selimuti aku....yang tertidur

Aku terharu...doaku untukmu

Sebutir peluru yang tinggal dibawah bantalnya

Bertali jadikan kalung lalu kukenakan

yang terus berlalu

Selamat jalan kawan...

Selamat menari air mata

Hei...sahabat yang terbuang

Engkau sahabatku....tetap sahabatku

Dunia Binatang

Ya..ya..ya..ya..jawablah, jangan diam saja

Kenapa orang susah, makin susah saja

Ya..ya..ya..ya..mau makan, tak punya uang

Ya..ya..ya..ya..mau tidur, tak punya kasur

Ya..ya..ya..ya..diamlah, jangan ngoceh saja

Mereka sudah bosan, tutup mulut saja

Ada macan mencakar macan, ular menggigit ular

Ada gajah membunuh gajah, kita yang terinjak.....ya..ha..ha..!


Mata liar dimana-mana, mencari mangsa yang lemah

Tangan-tangan yang penuh darah, menindas sambil tertawa

Ada maling teriak maling, ada musang berbulu domba

Monopoli menjadi-jadi, tangan besi merajalela


Ya..ya..ya..ya..jawablah, jangan diam saja

Mengapa orang susah, makin susah saja

Ya..ya..ya..ya..diamlah, jangan ngoceh saja

Mereka sudah bosan, tutup mulut saja

Doa Pengobral Dosa

Intro: G Em G Em
D C D G

G D
Di sudut dekat gerbong yang tak terpakai
Em D C G
Perempuan ber make-up tebal dengan rokok di tangan
D C G
Menunggu tamunya datang

G D
Terpisah dari ramai
Em D C G
Berteman nyamuk nakal dan segumpal harapan
D C D G
Kapankah datang tuan berkantong tebal

Reff: Em D
Habis berbatang-batang tuan belum datang
C Em D
Dalam hati resah menjerit bimbang
C G C Em
Apakah esok hari anak-anakku dapat makan
D C D G
Oh Tuhan beri setetes rezeki

G Bm Em
Dalam hati yang bimbang berdoa
G Bm Em
Beri terang jalan anak hamba
C D G
Kabulkanlah Tuhan

Int: G D Em D C G D C G

G D
Terpisah dari ramai
Em D C G
Berteman nyamuk nakal dan segumpal harapan
D C D G
Kapankah datang tuan berkantong tebal

Kembali ke: Reff

G Bm Em
Dalam hati yang bimbang berdoa
G Bm Em
Beri terang jalan anak hamba
C D G
Kabulkanlah Tuhan
C D G
Kabulkanlah Tuhan

Coda: G Em G Em

Di Mata Air Tidak Ada Air Mata

Memetik gitar dan bernyanyi

Pada waktu tak bertepi

Di atas langit di bawah tanah

Di hembus angin terseret arus

Untuk saudara tercinta

Untuk Jiwa yang terluka

Tengah lagu suaraku hilang

Sebab hari semakin bising

Hanya bunyi peluru di udara

Gantikan denting gitarku

Mengoyak paksa nurani

Jauhkan jarak pandangku

Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta

Walau aku tahu tak terdengar

Jariku menari tetap takkan berhenti

Sampai wajah tak murung lagi

Amarah sempat dalam dada

Namun akalku menerkam

Kubernyanyi di matahari

Kupetik gitar di rembulan

Di balik bening mata air

Tak pernah ada air mata

Dalbo

Sejak dilahirkan aku tak tahu siapa orang tua ku

Aku berpindah dari satu kasih sayang

ke satu kasih sayang yang lain

Aku hisap air susu dari tete' banyak ibu

Merpati terbang melintasi,

membawa ku pergi ke masa lalu

Ohhooooo.........ohhooooo.........ohhoooooo.........


Aku tak pernah bertanya siapa orang tua ku

Walau memang merasakan ada sesuatu yang hilang,

sesuatu yang hilang


Merpati terbang melintasi,

membawa ku pergi ke masa lalu

Aku bukan anak haram, aku Dalbo anak alam !

Coretan Dinding

Coretan dinding membuat resah

Resah hati pencoret

Mungkin ingin tampil

Tapi lebih resah pembaca coretannya

Sebab coretan dinding

Adalah pemberontakan kucing hitam

Yang terpojok ditiap tempat sampah, ditiap kota

Cakarnya siap dengan kuku kuku tajam

Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya

Musuhnya adalah penindas

Yang menganggap remeh coretan dinding kota

Coretan dinding terpojok di tempat sampah

Kucing hitam dan penindas sama sama resah

Columbia

langit nampak murung seperti gelisah

angin bawa kabar tentang duka, di sana....

lolong anjing malam bawa pertanda

alam bawa kisah unggas resah

beritakan.. tangis....


saat gelombang lahar

hanyutkan ribuan manusia

tanpa mau mengerti datang tepati janji

waktu seorang ibu

belai mesra anaknya


gemuruhnya petaka singkirkan jeritan yang ada

batu-batu telanjang

menari di nurani

hancurkan rumah-rumah, hancurkan kedamaian


Colombia.......

Colombia.......

sementara kita di sini

tanpa beban bernyanyi

sedangkan mereka gundah

di sela ganasnya wabah

sementara kita di sini

asyik cumbui mimpi

sedangkan mereka di sana

rindukan riuhnya pesta


narasi:

ada sekuntum bunga mawah

bercengkrama dengan lahar

seorang bayi mungil

begitu manis menyambut mati