Kamis, 10 Juli 2008
Yogya
A D G
Aku jalan sendiri
A D G D
Dijalan yang sering aku lewati dulu
A D G
Aku masih melihat
A D G D
Wajah-wajah yang aku kenal dahulu
D G D G
Oh di kota ini di kota ini
D G D G
Oh di kota ini di kota ini
A D G
Aku bangun kembali
A D G D
Setelah tidur yang panjang
A D G
Tanpa pernah kusadari
D G
Ingin bernyanyi
A D G D G
Untuk apa saja yang pernah terjadi dikota ini
D G
Oh ya di kota ini
D G
Hm di kota ini
D G
Ku panggil Yogyakarta
A D G
Malam semakin sunyi
A D G
Jalan semakin sepi
A D G
Malam semakin dingin
A G
Oh di kota ini
A D G
Masih ada jejakku
Yayaya...Oh...Ya
Telah kutemui
Dan kini...kuhadapi
Di malam gelap ini
Kebencian....dalam hatiku
Yang akrab denganmu
akhirnya menipuku
Hingga lahirkan rindu
Yayaya....oh ya
Nafsuku....yang membunuh
dendamku
Gerakku...akalku
Ternyata banyak hal
yang tak selesai
Hanya...dengan amarah....
bagaikan senyummu yang
sanggup menahan
Gemuruh hatiku....
Kehangatan damai kasihmu
Terbukti t'lah mampu
Tundukkan...gangguan....
Diriku....selama-lamanya
Yayaya.....oh ya.....
Serutu.....kesadaran diriku
Cintaku....untukmu
Yang Terlupakan
D A Bm A
Denting piano kala jemari menari
G D Em G
Nada merambat pelan di kesunyian malam
Gm D Em G Gm
Saat datang rintik hujan bersama sebuah bayang
A G A D
Yang pernah terlupakan
Int : A Bm A D A Bm A
D A Bm A
(*) Hati kecil berbisik untuk kembali padanya
G D Ern G
Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata
Gm D Em G Gm
Seperti menjelma waktu aku tertawa
A G A D
Kala memberimu dosa
A Bm A D
Na....na....na....na O....maafkanlah
A Bm A G
Na....na....na....na O....maafkanlah
D F#m Bm A
Reff : Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi
D F#m Bm A
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
G Gm D F#m Bm
Pernah ku mencoba tuk sembunyi
G A D
Namun senyum mu tetap mengikuti
Int : A Bm A D A Bm G
Yang Tercinta
Lelaplah dalam mimpi indah
Biarkanlah sejenak saja
Berlalu semua luka luka
Tenanglah tenanglah
Hapuskan semua duka derita
Tenanglah sayangku
Pasti kan ada hari yang indah
Andaikan masih ada resah
Eratkan lagi dekapanmu
Dan sekali lagi kau cobalah
Meski lelah hati yang ada
Tenanglah sabarlah
Pasti kan ada hari yang indah
Dekatlah sayangku
Hapuskan semua duka derita
Biar
Kita menipu diri dengan hangatnya cinta
Oh biar
Lupakan sementara semua duka terasa
Tidurlah
Tenanglah
Tidurlah
Tenanglah
Ya, Hui, Ha, He, Ha
melihat lawan jenisnya
Menari di depan kaca
bandingkan cantik wajahnya
Oleskan gincu di bibir cibir
dan senyum menyindir....
ya hui....ha he ha ya ha hui
Sepintas terdengar samar
lengking suara biola
Ringkik kuda betina melirik
rayu telinga
Meluncur s'gala rayuan
dari mulut kuda jantan
Ya hui ha he ya ha hui
Betina pura bodoh...
Betina pura-pura pikun
Nyanyikan jampi-jampi
Menjala jantan jadilah jodoh
uu...hui....
Ringkik kuda betina
membuat sang jantan gila...
Tak sadar kalau dirinya
hanya seperti sebuah bola
Oleskan gincu di bibir cibir
dan senyum menyindir....
ya hui ha he ha ya ha hui....
Ya atau Tidak
Walau s'patah kata tentu kudengar
Tambah senyum sedikit apasih susahnya
Malah semakin manis semanis tebu
Engkau tahu isi hatiku
Semuanya sudah aku katakan
Ganti kamu jawab tanyaku
Ya atau tidak itu saja
Bila hanya diam aku tak tahu
Batu juga diam kamu kan bukan batu
Aku tak cinta pada batu
Yang aku cinta hanya kamu
Jawab nona dengan bibirmu
Ya atau tidak itu saja
Tak aku pungkiri aku suka wanita
Sebab aku laki-laki masa suka pria
Ow.. kuraslah isi dadaku
Aku yakin ada kamu di situ
Jangan diam bicaralah
Ya atau tidak itu saja
Ujung Aspal Pondok Gede
di bale bambu buah tangan bapakku
di rumah ini aku dibesarkan
dibelai mesra lentik jari ibuku
nama dusunku ujung aspal pondok gede
rimbun dan anggun
ramah senyum penghuni dusunku
kambing sembilan motor tiga
bapak punya
ladangnya luas habis sudah sebagai gantinya
sampai saat tanah moyangku
tersentuh sebuah rencana
demi serakahnya kota
terlihat murung wajah pribumi
terdengar langkah hewan bernyanyi
di depan masjid
samping rumah wakil pak lurah
tempat dulu kami bermain
mengisi cerahnya hari
namun sebentar lagi
angkuh tembok pabrik berdiri
satu persatu sahabat pergi
dan tak kan pernah kembali
Tince Sukarti Binti Mahmud
kembang desa yang berwajah lembut
kuning langsat warna kulitnya maklum
ayah arab ibunda cina
tince sukarti binti mahmud
ikal mayang engkau punya rambut
para jejaka takkan lupa
kerling nakal karti memang menggoda
jangankan lelaki muda terpesona yang
tua jompopun gila
sejuta cinta antri dimeja berada
sukarti hanya tertawa
bibirmu hidungmu indah menyatu
tawamu suaramu terdengar merdu
tince sukarti hooby memang dia
bernyanyi
qasidah rock & roll
dangdut keroncong ia kuasai...
tince sukarti ingin menjadi
seorang penyanyi
primadona beken neng karti selalu
bermimpi
ibu bapaknya enggan memberi restu
walau sang anak merayu
tince sukarti dasar kepala batu
kemas barang dan berlalu
tince sukarti berlari mengejar mimpi
janji makelar penyanyi orbitkan sukarti
jani sukarti hati persetan harga diri
kembang desa layu tak lagi wangi
seperti dulu
Timur Tengah II
Nyanyian pinggir jalan
Malam di bawah bulan
Dalam waktu yang rawan
Marah di bawah tanah
Dilangit ada merah
Menuju satu arah...bakar....
bakar.....
Di sana ada bohong
Di sana ada mayat
Di sana ada suara.....bum....
bum....
Raut muka resah
Orang-orang susah
Ada banyak mata...buta....
Resah luka kaki
S'makin...menjadi...ada
banyak kuping.....tuli
Malam hampir malam
Debu jalan datang lagi
Malam hampir pagi
Usir mesin bunyi lagi
Malam hampir pagi
Kelicikan mulai lagi
Malam hampir pagi
Teriakku hilang lagi
Timur Tengah I
Waktu lihat muak yang hingar
Disetiap sudut
Ada mati dibalik tembok
Waktu timah panas mencabik
Hati nurani............
Merah...Merah...Merah...Merah
Dilangit
Merah...Merah...Merah...Merah
Ditanah
Derap langkah bakar amarah
Kepal tangan hadirkan darah
Dibungkam diam....
Khabar angin didekat jantung
Bahwa hari sedang menangis
Tergores pedih hati
Merah...Merah...Merah...Merah
Dimata
Merah...Merah...Merah...Merah
Dilidah
Dengar...nyanyi anak kemarin
Tentang sedih tanah terkasih
Yang tak pernah habis
Doa...ibu sambil menangis
Antar....bocah agar tak sedih
Pergi ke pintu mati
Merah...dilangit
Merah...dimata
Merah...ditangan
Merah...dilidah
Tikus Tikus Kantor
yang suka berenang disungai yang kotor
kisah usang tikus-tikus berdasi
yang suka ingkar janji
lalu sembunyi dibalik meja
teman sekerja
didalam lemari dari baja
kucing datang
cepat ganti muka
segera menjelma
bagai tak tercela
masa bodoh hilang harga diri
asal tidak terbukti ah
tentu sikat lagi
tikus-tikus tak kenal kenyang
rakus-rakus bukan kepalang
otak tikus memang bukan otak udang
kucing datang
tikus menghilang
kucing-kucing yang kerjanya molor
tak ingat tikus kantor
datang men-teror
cerdik licik
tikus bertingkah tengik
mungkin karena sang kucing
pura-pura mendelik
tikus tahu sang kucing lapar
kasih roti jalanpun lancar
memang sial sang tikus teramat pintar
atau mungkin sikucing yang kurang
ditatar !
Tak Pernah Terbayangkan
Bila harus berjalan tanpa dirimu
Tak pernah terpikirkan
Bila aku bernafas tanpa nafasmu
Nafasmu
Takdir sudah pertemukan kita
Tuk berdua dan saling menjaga
Dan tak mau aku melewati
Semua ini tanpamu
Kau hangatkan genggaman tanganku
Dan berkata akulah milikmu
Dan tak mau aku menjalani
Dunia ini tanpamu
Takdir sudah pertemukan kita
Surat Buat Wakil Rakyat
untukmu yang biasa bersafari
di sana, di gedung DPR
wakil rakyat kumpulan orang hebat
bukan kumpulan teman teman dekat
apalagi sanak famili
di hati dan lidahmu kami berharap
suara kami tolong dengar lalu sampaikan
jangan ragu jangan takut karang menghadang
bicaralah yang lantang jangan hanya diam
di kantong safarimu kami titipkan
masa depan kami dan negeri ini
dari Sabang sampai Merauke
Saudara dipilih bukan dilotre
meski kami tak kenal siapa saudara
kami tak sudi para juara
juara diam, juara he'eh, juara ha ha ha......
wakil rakyat seharusnya merakyat
jangan tidur waktu sidang soal rakyat
jangan tidur waktu sidang soal rakyat
wakil rakyat bukan paduan suara
hanya tahu nyanyian lagu "setuju......"
Sumbang
mengikat kedua kaki
tajamnya ujung belati
menujam di ulu hati
sanggupkah tak akan lari walau akhirnya
pasti mati
di kepala tanpa baja di
tangan tanpa senjata
akh itu soal biasa yang
singgah di depan mata kita
lusuhnya kain bendera di
halaman rumah kita
bukan satu alasan untuk kita tinggalkan
banyaknya persoalan yang datang tak
kenal kasian menyerang dalam gelap
memburu kala haru dengan
cara main kayu
tinggalkan bekas biru lalu
pergi tanpa ragu
setan-setan politik kan datang mencekik
walau dimasa pacekik tetap mencekik
apakah slamanya politik itu kejam?
apakah selamanya dia datang
'tuk menghantam?
ataukah memang itu yang sudah
digariskan?
menjilat, menghasut, menindas
memperkosa hak-hak sewajarnya
maling teriak maling sembunyi balik
dinding pengecut lari terkencing-kencing
tikam dari belakang lawan lengah
diterjang lalu sibuk mencari kambing
hitam
selusin kepala tak berdosa
berteriak hingga serak didalam ngeri
yang congkak lalu senang dalang
tertawa...he...he...he...he...
Sugali
Tertulis dalam koran
Tentang seorang lelaki
Yang sering keluar masuk bui
Jadi buronan polisi
Dar...der...dor
suara senapan
Sugali anggap petasan
Tiada rasa ketakutan
Punya ilmu kebal senapan
Semakin lupa daratan
Lihat Sugali menari di lokasi WTS kelas teri
Asyik lembur sampai pagi
Usai garong hambur uang peduli setan
Dig....did.....dug
Dig....did.....dug
Dig....did.....dug
Dig....did.....dug
Semua gunjing tentang dirimu
Yang tak juga hinggap rasa jemu
Suram hari depanmu
Rasa was-was mata beringas
Menunggu datang peluru yang panas
Di waktu hari yang naas
Oo...bisik jangkrik di tengah malam
Tenggelam dalam dalam suara letusan
Kata berita dimana-mana tentang Sugali
Tak tenang lagi dan lari sembunyi
terbirit-birit
Lihat Sugali menari di lokasi WTS kelas teri
Asyik joget samapi lecet
genit gitik cewek binal paling busyet
Suara Hati
Do = D
Intro: D C G (4X)
D C (4x)
D C D
Apa kabar suara hati
C D
Sudah lama baru terdengar lagi
C D
Kemana saja suara hati
C D
Tanpa kau sepi rasanya hari
Int: D C D C
D C D
Kabar buruk apa kabar baik
C D
Yang kau bawa mudah-mudahan baik
C D
Dengar-dengar dunia lapar
C D
Lapar sesuatu yang benar
(*)
C D C
suara hati kenapa pergi
D C D C
suara hati jangan pergi lagi
D C D C
suara hati kenapa pergi
D C D C
suara hati jangan pergi lagi
Int: D C (8X)
D C D
Kau dengarkan orang-orang yang menangis
C D
Sebab hidupnya dipacu nafsu
C D
Kau rasakan sakitnya orang-orang yang tertindas
C D
Oleh derap sepatu pembangunan
lnt: D C (2X)
D C D
Kau lihatlah pembantaian
C
Demi kekuasaan yang secuil
C D
Kau tahukah alam yang kesakitan
C D C D
Lalu apa yang akan kau suarakan
Kembali ke: (*)
lnt: D C (7X)
(**)
D C D
Apa kabar suata hati
C D
Sudah lama baru terdengar lagi
C D
Kemana saja suara hati
C D
Tanpa kau sepi rasanya hari
Kembali ke: (**)
Coda: D C G (4X)
Sore Tugu Pancoran
menahan dingin tanpa jas hujan
di simpang jalan Tugu Pancoran
tunggu pembeli jajakan koran
menjelang maghrib hujan tak reda
Si Budi murung menghitung laba
surat kabar sore dijual malam
selepas isya melangkah pulang
anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
dipaksa pecahkan karang, lemas jarimu terkepal
cepat langkah waktu pagi menunggu
Si Budi sibuk siapkan buku
tugas dari sekolah selesai setengah
sanggupkah si Budi diam di dua sisi
Siang Seberang Istana
seorang anak kecil bertubuh dekil
Bm C Em
tertidur berbantal sebelah lengan
D C Em
berselimut debu jalanan
Em D Em
rindang pohon jalan menunggu rela
Bm C Em
kawan setia sehabis bekerja
D C Em
siang di seberang sebuah istana
D C Em
siang di seberang istana sang raja
Reff I:
C D G F#/D Em
kotak semir mungil dan sama dekil
C D G F#/D Em
benteng rapuh dari lapar memanggil
C D G F#/D Em
gardu dan mata para penjaga
C D F Em
saksi nyata....... yang sudah terbiasa
Em D Em
tamu negara tampak terpesona
Bm C Em
mengelus dada gelengkan kepala
D C Em
saksikan perbedaaan yang ada
Reff II:
C D G F#/D Em
sombong melangkah istana yang megah
C D G F#/D Em
seakan meludah di atas tubuh yang resah
C D G F#/D Em
ribuan jerit di depan hidungmu
C D F Em
namun yang ku tau.... tak terasa terganggu
kembali ke: reff I & reff II
Em D Em
Gema azan ashar sentuh telinga
Bm C Em
Buyarkan mimpi si kecil siang tadi
D C Em
Dia berjalan malas melangkahkan kaki
D C
Di raihnya mimpi di genggam tak di letakkan...
Em
lagi...
Si Tua Sais Pedati
Di jalan datar yang berlumpur
Sesekali terdengar gletar cemeti diiringi teriakan lantang
Si tua sais pedati
Derak pedati sebentar berhenti
Nampak si tua sais pedati mulai membuka bungkusan nasi
Yang dibekali sang istri
Gerak pedati lalu jalan lagi
Singgah disetiap desa
Tanpa ragu-ragu tanpa malu-malu
Nafas segar terhembus
Dari sepasang lembu yang tak pernah merasakan
Sesak polusi
Dia tak pernah memerlukan
Dia tak pernah membutuhkan
Solar dan ganti olie
Bensin dan ganti busi
Apalagi charge aki
Dia tak pernah kebingungan
Dia tak pernah ketakutan
Apa kata orang tentang gawatnya krisis energi
Gerak pedati dan lenguh lembu
Seember rumbut dan gletar cemeti
Seakan suara azan yang di-cassete-kan
Sementara itu sang bilal pulas mendengkur
Serdadu
semau serdadu pasti tak jauh berbeda
tak peduli perwira, bintara, atau tamtama
tetap tentara
kata berita gagah pekasa
apalagi sedang kokang senjata
persetan siapa saja musuhnya
perintah datang karang pun dihantam
serdadu seperti peluru
tekan picu melesat tak ragu
serdadu seperti belati
tak dirawat tumpul dan berkarat
umpan bergizi, titah Bapak Menteri
apakah sudah terbukti
bila saja masih ada
buruknya kabar burung
tentang jatah prajurit yang dikentit
lantang suaramu otot kawat tulang besi
susu, telur, kacang ijo, extra gizi
runtuh dan tegaknya keadilan negeri ini
serdadu harus tau pasti
serdadu baktimu kami tunggu
tolongkantongi tampang serammu
serdadu rabalah dada kami
gunakan hati jangan pakai belati
serdadu jangan mau disuap
tanah ini jelas meratap
serdadu jangan lemah syahwat
ibu pertiwi tak sudi melihat
Senandung Lirih
B5 A5
Kau wanita terindah
D5 G5
Yang pernah ku taklukan
C5 B5
Kau kenapa kau pergi
C5 B5
Kenapa kau pergi
B5 A5
Kau wanita terhebat
D5 G5
Yang pernah memelukku
C5 B5
Kau kenapa kau pergi
C5 B5
Kenapa kau pergi
C5 D5 G5 A5
Helai udara di sekitarku
C5 D5 E5
Senandung lirih namamu
C5 D5
Tiap sudut kota
G5 A5
Yang kudatangi
C5 D5 E5 G5
Senandung lirih namamu
C5 A5
Kau wanita termegah
D5 G5
Yang pernah kudapatkan
C5 B5
Kau kemana kau pergi
C5 B5
Kemana kau pergi
Int: B5
B5
Smoga kau temukan
Em
Apa yang kau cari
C D5
Yang tak kau dapatkan dari aku (2x)
C5 D5 G5 E5
Helai udara disekitarku
C5 D5 E5
Senandung lirih namamu
D5 E5 A5 B5
Kemanapun kau akan melangkah
D5 E5 A5
Aku yang selalu mengenangmu (2x)
Semoga Saja Kau Bena
Em
Berbondong-bondong orang cumbui angan di bibir pelabuhan
Em
Tinggalkan tanah lahir desa tercinta menuju pulau surga
C Em
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
C Em
Tiada lagi tersisa bahkan mimpi kubawa
Em
Isak tangisan bayi dalam gendongan tak goyahkan lamunan
Em
Raung sirine kapal jangkar diangkat segeralah berlayar
C Em
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
C Em
Tiada lagi tersisa bahkan mimpi kubawa
Int: D Em D Em (2x)
D Em C D Em C Em
Em
Perlahan-lahan kapal jauhi tepi malas mengangkut mimpi
Em
Mercu suar dermaga dan burung camar mengusap air mata
C Em
Selamat jalan kawan bukan aku tak cinta
C Em
Mungkin saja kau benar smoga saja kau benar
Coda: D Em D Em (2x)
Semoga Kau Tak Tuli Tuhan
Seolah lagu termerdu
Begitu indah bunga-bungamu
Diatas karya sulam itu
Dengarlah detak jantung
Benihku yang ku tanam dirahim mu
Semua warna yang kita punya,
Segala rasa yang kita bina
Ku harap kesungguhanmu,
Kaitkan jiwa bagai bunga dikarya itu
Ku harap keikhlasanmu,
Sirami benih yang ku tabur ditamanmu
Oh jelas, rakit pagar semakin kuat tak goyah,
Walau diusik unggas
Pintaku pada Tuhan mulia
Jauhkan sifat yang manja
Bentuklah segala warna jiwanya
Diantara lingkup manusia
Diarena yang bau busuknya luka
Bukakan mata pandang dunia
B'ri watak baja padanya
Kalungkan tabah kala derita
Semoga kau tak tuli Tuhan,
Dengarlah pinta kami sebagai orangtuanya
Selamat Tinggal Malam
yang hitam
Antara kupergi ikhlaskan
Rumah memang....
kita berteman
tempuh jalan yang kelam
Terima kasih malam....
yang hitam
Banyak kauajarkan....padaku
S'gala dosa....s'gala cela...
S'gala.....galanya
Pernah kau kecewa padaku
Sebab kutak percaya padamu
Bahwa hari ada malam
hari ada siang
hari...ada pagi...hari adalah
hari
Engkau hanya diam
dengarkan
bahwa 'ku yang keras cemooh
Dengar ucapmu....
dengar katamu...dengar....
khotbahmu.....
dengar bohongmu
Oh malam maafkan aku...
Yang lupa saat itu
Oh malam maafkan aku
Tak percaya padamu
Hari ada pagi...
hari ada malam
hari ada siang...
dalam hati s'lalu ada
kemungkinan
Sarjana Muda
Dm Am
Berjalan seorang pria muda
F C Dm
Dengan jaket lusuh dipundaknya
Dm Am
Di sela bibir tampak mengering
F C Dm
Terselip s'batang rumput liar
Dm Am
Jelas menatap awan berarak
F C Dm
Wajah murung s'makin terlihat
Dm Am
Dengan langkah gontai tak terarah
F C Dm
Keringat bercampur debu jalanan
F C
Reff I : Engkau sarjana muda
Dbdim Dm
Resah mencari kerja
Bb F C
Mengandalkan ijasahmu
F C
Empat tahun lamanya
Dbdim Dm
Bergelut dengan buku
Bb F C
'Tuk jaminan masa depan
Dm Am
Langkah kakimu terhenti
Dm Am Dm
Di depan halaman sebuah jawaban
lnt : Dm Bb C Dm
Dm Bb C F Bb A
Dm Am
Termenung lesu engkau melangkah
F C Dm
Dari pintu kantor yang di harapkan
Dm Am
Tergiang kata tiada lowongan
F C Dm
Untuk kerja yang di dambakan
Dm Am
Tak peduli berusaha lagi
F C Dm
Namun kata sama yang kau dapatkan
Dm Am
Jelas menatap awan berarak
F C Dm
Wajah murung s'makin terlihat
F C
Reff II : Engkau sarjana muda
Dbdim Dm
Resah mencari kerja
Bb F C
Tak berguna ijasahmu
F C
Empat tahun lamanya
Dbdim Dm
Bergelut dengan buku
Bb F C
Sia-sia semuanya
Dm Am
Setengah putus asa dia berucap
Dm
"maaf ibu..."
Rubah
Orang berubah tingkah laku tak berubah
Wajah berubah kok menjadi lebih susah
Manusia berubah berubah - rubah
Gandhi yang dicari yang ada komedi
Revolusi dinanti yang datang Azahari
Lembaga berdiri berselimut korupsi
Wibawa menjadi alat melindungi diri
Pendidikan adalah anak tiri yang kesepian
Agama sebagai topeng yang menjijikkan
Kemiskinan merajalela yang kaya makin rakus saja
Hukum dan kesehatan diperjual belikan
Kesaksian tergusur oleh kepentingan ngawur
Pemerintah keasyikan berpolitik (ngawur)
Partai politik sibuk menuhankan uang (ngawur)
Ada rakyat yang lapar makan daun dan arang
Televisi sibuk mencari iklan
Sementara banyak yang tunggu giliran
Rakyat dan sang jelata menatap dengan mata kosong
Dimana aku apa ditelan tsunami ?
Rindu Tebal
Sewindu sudah lamanya waktu
G C
Tinggalkan tanah kelahiranku
C
Rinduku tebal kasih yang kekal
G C C/B Am
Detik ke detik bertambah tebal
Am Em F G C C/B Am
Pagi yang kutelusuri riuh tak bernyanyi
Am Em G F G C
Malam yang aku jalani sepi tak berarti
C
Saat kereta mulai berjalan
G C
Rinduku tebal tak tertahankan
C
Terlintas jelas dalam benakku
G C
Makian bapak usirku kupergi
C
Hanya menangis yang emak bisa
G C C/B Am
Dengan terpaksa kutinggalkan desa
Am Em
Seekor kambing kucuri
F G C C/B Am
Milik tetangga tuk makan sekeluarga
Am Em
Bapak tak mau mengerti
F G C
Hilang satu anak tuk harga diri
C C/B Am Em
Aku pergi meninggalkan coreng hitam dimuka bapak
F G C
Yang membuat malu keluargaku
C C/B Am Em
Ku ingin kembali mungkinkah mereka mau terima
F G C
rinduku
C
Maafkan semua kesalahanku
G C
Kursi kereta yang pasti tahu
Pulanglah
Bening air dari gunung
Ada juga yang kekeringan karena kemarau
Semilir angin perubahan
Langit mendung kemerahan
Pulanglah kitari lembah persawahan
Selamat jalan pahlawanku
Pejuang yang dermawan
Kau pergi saat dibutuhkan saat dibutuhkan
Keberanianmu mengilhami jutaan hati
Kecerdasan dan kesederhanaanmu
Jadi impian
Pergilah pergi dengan ceria
Sebab kau tak sia sia
Tak sia sia
Tak sia sia
Pergilah kawan
Pendekar
Satu hilang seribu terbilang
Patah tumbuh hilang berganti
Terimalah sekedar kembang
Dan doa doa
Suci sejati
Suci sejati
Puing
bekas pertempuran
bau amis darah di segenap penjuru
sesak nafasku
mayat-mayat bergeletakan
tak terkubur dengan layak
dan burung-burung bangkit menatap liar
dan burung-burung bangkai berdansa senang
di ujung sana banyak orang kelaparan
ujung lainnya, wabah busung menyerang
di sudut sana banyak orang kehilangan
sudut lainnya bayi bertanya bimbang:
"mama kapan papah pulang?"
"mama sebab apa perang?"
banyak jatuh korban
dari mereka yang tak mengerti apa-apa
suara tangis terdengar dari bekas reruntuhan
seorang ibu muda yang baru melahirkan
lama meratapi sesosok mayat tubuh suaminya
dan burung burung bangkai menatap liar
dan burung-burung bangkai berdansa senang
tinggi peradaban teknologi berkembang
senjata hebat terciptakan
sarana pembantaian semakin bisa diwujudkan
oh, mengerikan..........
berhentilah...
jangan salah gunakan
kehebatan ilmu pengetahuan untuk menghancurkan
dan burung burung bangkai menatap liar
dan burung-burung bangkai berdansa senang
Potret
Di perempatan jalan kota-kota besar
Mengejar hari yang belum dimengerti
Sambil bernyanyi riang menyambut resiko
Melihat anak-anak sekolah berkelahi
Di pusat keramaian kota-kota besar
Karena apa tak ada yang mengetahui
Sementara darah yang keluar bertambah banyak
Melihat anak-anak muda di ujung gang
Berkelompok tak ada yang dikerjakan
Selain mengeluh dan memanjakan diri
Hari esok bagaimana besok
Mendengar orang-orang pandai berdiskusi
Tentang kesempatan yang semakin sempit
Tentang kemunafikkan yang kian membelit
Tetapi tetap saja tinggal omongan
Merasa birokrat bersilat lidah
S'perti tukang obat di jalanan
Mencoba meyakinkan rakyat
Bahwa di sini seperti di surga
Tak adakah jalan keluar?
PHK
geram di trotoar jalan
saat panas tikam kepala
seorang buruh disingkirkan
bising mesin menyulut resah
masih bisa engkau pendam
canda anak istri di rumah
bangkitkan kau untuk bertahan
oh ya ya... oh ya ya... oh ya.......
oh ya ya... oh ya ya... oh ya.......
pesangon yang engkau kantongi
tak cukup redakan gundah
tajam pisau kepalan tangan
antarkan kau ke pintu penjara
oh ya ya... oh ya ya... oh ya.......
oh ya ya... oh ya ya... oh ya.......
sedaunau nanah dari matamu
tak mampu jatuhkan hati mereka
serimba luka di dalam jiwa
juga tak berarti
hitam benak
kini mulai akrab
hitam benak
isi hari-harimu
kau tafakur di jeruji pengap
kau menjerit coba melawan
Pesawat Tempurku
A
Waktu kau lewat aku sedang mainkan gitar
F#m E A
Sebuah lagu yang kunyanyikan tentang dirimu
A
Seperti kemarin kamu hanya lemparkan senyum
F#m E A
Lalu pergi begitu saja bagai pesawat tempur
A
Hei kau yang manis singgahlah dan ikut bernyanyi
F#m E A
Sebentar saja nona sebentar saja hanya sebentar
A
Rayuan mautku tak membuat kau jadi galak
F#m E D A
Bagai seorang diplomat ulung engkau mengelak
F#m E F#m B
Kalau saja aku bukanlah penganggur sudah kupacari kau
F#m E
Jangan bilang tidak bilang saja iya
D B E
Iya lebih baik dari pada kau menangis
Reff: A
Penguasa penguasa berilah hambamu uang
D A
Beri hamba uang beri hamba uang
A
Penguasa penguasa berilah hambamu uang
D A
Beri hamba uang beri hamba uang
D A
Beri hamba uang beri hamba uang
Int: A F#m E A
A F#m E F#m G D A
A
Oh ya andaikata dunia tak punya tentara
F#m E A
Tentu tak ada perang yang banyak makan biaya
A
Oh ya andaikata dana perang buat diriku
F#m E A
Tentu kau mau singgah bukan cuma tersenyum
F#m E
Kalau hanya senyum yang engkau berikan
F#m B
Westerling pun tersenyum
F#m E
Oh singgahlah sayang pesawat tempurku
D B E
Mendarat mulus didalam sanubariku
Kembali ke: Reff
Perempuan Malam
D
Perempuan malam mandi di kali
D
Buih-buih busa shampo ketengan
D
Di atas kepala lewat kereta
D
Yang berjalan lamban nakal menggoda
C G
Disambut tawa renyah memecah langit
C D
Dengus kereta semakin genit
Int: D
D
Semua noda coba dibersihkan
D
Namun masih saja terlihat kotor
D
Karena kereta kirimkan debu
D
Yang datang tak mampu ia tepiskan
C G
Perempuan malam kenakan handuknya
C D
Setelah usap seluruh tubuhnya
Reff: A D A D
Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari
A D A Bm
Keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat
G D G D
Segelas kopi sebatang rokok segurat catatan yang tersimpan
G D A
Perempuan malam menunggu malam untuk panjangnya malam
Bm G A
Oo... oo.. oo... oo..
Bm G A
Oo... oo.. oo... oo..
Int: D
D
Perempuan malam di ikat tali
D
Di hidup di mimpi di hatinya
D
Aku hanya lihat dari jembatan
D
Tanpa mampi untuk melepaskan
C G
Perempuan malam di pinggir jerami
C D
Nyanyikan do'a nyalakan api
C G
Perempuan malam di pinggir jerami
C D
Nyanyikan do'a nyalakan api
Int: D
Kembali ke: Reff (fade out)
Panggilan Dari Gunung
Turun ke lembah-lembah
Kenapa nadamu murung
Langkah kaki gelisah
Matamu separuh katup
Lihat kolam seperti danau
Kau bawa persoalan
Cerita duka melulu
Disini menunggu
Cerita yang lain
Berapa lama diam
Cermin katakan bangkit
Pohon-pohon terkurung
Kura-kura terbius
Opiniku
selalu perlu makan
namun caranya berbeda
dalam memperoleh makanan
binatang tak mempunyai akan dan pikiran
segala cara halalkan demi perur kenyang
binatang tak pernah tau rasa belas kasihan
padahal di sekitarnya tertatih berjalan pincang
namun kadangkala
ada manusia seperti binatang
bahkan lebih keji dari binatang
tampar kiri kanan
alasan untuk makan
padahal semua tahu dia serba kecukupan
himpit kiri kanan
lalu curi jatah orang
peduli sahabat kental kurus kering kelaparan
Nyanyianmu
Kau petik gitar
F
Nyanyikan lagu
Am
perlahan
G
Usap hatiku...
C Em
Terucap janjiku
F
untukmu
C G
Tenggelamku di
C
tembangmu
C Em
Tulikanlah kedua
F
telingaku
Am
Butakanlah kedua bola
G
mataku
C Em
Agar tak kulihat dan
F
kudengar
C
Kedengkian yang
G C
mungkin benam
Am G F G
memang aku jatuh
Am G F G
Dalam cengkeramanmu
Am G F G
Sungguh aku minta
C
Teruskanlah kau
G
bernyanyi
F G C
Kau kudengar itu pasti
C
Teruskanlah kau
G
bernyanyi
F G
Dan jangan lagumu
C
terhenti
Nona
Lewati duka lewati tawa
Lewati s'gala persoalan
Kucoba berkaca pada jejak yang ada
Ternyata aku sudah tertinggal
Bahkan jauh tertinggal
Bodohnya diriku tak percaya padamu
Lalu sempat aku berpikir
Untuk tinggalkan kamu
Reff.
Nona, maafkan aku
Oh nona peluklah aku
nona begitu perkasanya dirimu
Yakiniku
Nona marahlah padaku
Nona nonaku
Aku tak peduli apa kata mereka
Hari ini engkau di sini
Esok tetap di sini
Negara
Negara harus bebaskan biaya kesehatan
Negara harus ciptakan pekerjaan
Negara harus adil tidak memihak
Itulah tugas negara
Itulah gunanya negara
Itulah artinya negara
Tempat kita bersandar dan berharap
Kenapa tidak ?
Orang kita kaya raya
Baik alamnya
Maupun manusianya
Dan ini yang kita pelajari sejak bayi
Hanya saja kita tak pandai mengolahnya
Oleh karena itu bebaskan biaya pendidikan
Biar kita pandai mengarungi samudera hidup
Biar kita tak mudah dibodohi dan ditipu
Oleh karena itu biarkan kami sehat
Agar mampu menjaga kedaulatan tanah air ini
Negara negara
Negara harus seperti itu
Bukan hanya di surga di duniapun bisa
Negara negara
Negara harus begitu
Kalau tidak bubarkan saja
Atau ku adukan pada sang sepi
Negara harus berikan rasa aman
Negara harus hormati setiap keyakinan
Negara harus bersahabat dengan alam
Negara harus menghargai kebebasan
Itulah tugas negara
Itulah gunanya negara
Itulah artinya negara
Tempat kita bersandar dan berharap
Selain Tuhan
Nak
F C G C
C F C
Jauh jalan yang harus kau tempuh
G Am G C
Mungkin samar bahkan mungkin gelap
C F C
Tajam kerikil setiap saat menunggu
G Am F G C
Engkau lewat dengan kaki tak bersepatu
Reff: Em F C
Duduk sini nak dekat pada bapak
G Am F G C
Jangan kau ganggu ibumu
Em F C
Turunlah lekas dari pangkuannya
G Am F G C
Engkau lelaki kelak sendiri
Int: C
C F C
Jauh jalan yang harus kau tempuh
G Am G C
Mungkin samar bahkan mungkin gelap
Int: G F G Dm G F
Em F Em F
Dm Bb F C
Kembali ke: Reff
Mimpi yang Terbeli
Melihat-lihat barang-barang yang jenisnya
beraneka ragam
Cari apa di sana....pasti tersedia
Asal uang di kantong cukup
Itu tak ada soal
Aku ingin membeli..kamu ingin membeli
Kita ingin membeli...semua orang ingin membeli
Apa yang dibeli...mimpi yang terbeli...
Tiada pilihan selain mencuri..
Sampai kapan mimpi-mimpi itu kita beli
Sampai nanti sampai habis terjual harga diri
Sampai kapan harga-harga itu melambung tinggi
Sampai nanti sampai kita tak bisa bermimpi
Segala produksi ada disini
Menggoda kita 'tuk memiliki
Hari-hari kita berisi hasutan
Hingga kita tak tau diri sendiri
Melihat anak kecil mencuri mainan
Yang bergaya tak terjangkau olh bapaknya
Mereka Ada di Jalan
Di jalan yang belum jadi
Aku melihat anak-anak kecil
Telanjang dada telanjang kaki
Asik mengejar bola
Kuhampiri kudekati
Lalu duduk di tanah yang lebih tinggi
Agar lebih jelas lihat dan rasakan
semangat mereka keringat mereka
Dalam memenangkan pernainan
Ramang kecil, Kadir kecil menggiring bola di jalanan
Ruli kecil, Ricky lika-liku jebolkan gawang
Tiang gawang puing-puing
Sisa bangunan yang tergusur
Tanah lapang hanya tinggal cerita
Yang nampak mata hanya para pembual saja
Anak kota tak mampu beli sepatu
Anak kota tak punya tanah lapang
Sepak bola menjadi barang yang mahal
Milik mereka yang punya uang saja
Dan sementara kita di sini
Di jalan ini
Bola kaki dari plastik
Ditendang mampir ke langit
Pecahlah sudah kaca jendela hati
Sebab terkena bola tentu bukan salah mereka
Roni kecil, Heri kecil, gaya samba sodorkan bola
Nobon kecil, Juki kecil, jegal lawan amankan gawang
Cipto kecil, Suwadi kecil, tak tik tuk tak terinjak paku
Yudo kecil, Paslah kecil, terkam bola jatuh menangis
Mencetak Sawah
Ada kabar menarik hati
Konglomerat akan mencetak sawah
Di atas tanah milik siapa
Aku jadi berfikir
Untuk apa berupaya membuat sawah
Sebab tanah ini tak lagi berkah
Tak lagi ... ramah
Semua kan sia-sia
Karena kami tak lagi makan nasi
Dari bumi pertiwi ini
Dari keringat pak tani
Tanah-tanah suburmu sudah menjadi ranjang industri
Menjadi ayunan ambisi-ambisi
Demi gengsi demi aksi
Untuk apa sawah-sawah
Pak taniku sudah pergi
Menjadi pejalan kaki
Yang ... sepi
Mata Dewa
Saat kau rebah di bahu kiriku
Helai rambutmu halangi khusukku
Nikmati ramah mentari yang pulang
Seperti mata dewa 3x
Aku berdiri tinggalkan dirimu
Waktu sinarnya jatuh di jiwaku
Gemuruh ombak sadarkan sombongku
Ajaklah aku wahai sang perkasa
Seperti mata dewa 4x
Yang menangis tinggalkan diriku }
Yang menangis lupakanlah aku } 2x
Senja di hati
Lidah gelombang jilati batinku
Belaian karang sampai ke jantungku
Hingga matahari ajak aku pergi
Kasihku tulus setulus indahmu
Seperti mata dewa 4x
Yang menangis tinggalkan diriku }
Yang menangis lupakanlah aku } 2x
Senja di hati
Masih Bisa Cinta
Kau patahkan niatku
Kau patahkan semangatku
Entah mengapa ku masih bisa cinta
Bisa cinta padamu
Kumaafkan salahmu
Berjanjilah berjanjilah untukku
Datang padaku
Lihat mataku
Akan kucoba perhatikan kamu
Datang padaku
Rasa hatiku
Akan kucoba terus cinta kamu
Air mata tak akan ku uraikan
Hanya mengelus dada
Kumaafkan salahmu
Manusia Setengah Dewa
A E F# C#
Wahai presiden kami yang baru
D E
Kamu harus dengar suara ini
A E F# C#
Suara yang keluar dari dalam goa
D E
Goa yang penuh lumut kebosanan
A E F# C#
Walau hidup adalah permainan
D E
Walau hidup adalah hiburan
A E F# C#
Tetapi kami tak mau dipermainkan
A E
Dan kami juga bukan hiburan
F# C# D E
Turunkan harga secepatnya
F# C# D E
Berikan kami pekerjaan
F# C#
Pasti kuangkat engkau
D E
Menjadi manusia setengah dewa
Int: E
Reff: A E
Masalah moral masalah akhlak
A D5 E
Biar kami cari sendiri
A D5 A E
Urus saja moralmu urus saja akhlakmu
A D5 E
Peraturan yang sehat yang kami mau
F# C# D E
Tegakkan hukum setegak-tegaknya
F# C# D E
Adil dan tegas tak pandang bulu
F# C#
Pasti kuangkat engkau
D E
Menjadi manusia setengah dewa
Int: E
A E F# C# D E (2x)
Kembali ke: Reff
F# C# D E
Turunkan harga secepatnya
F# C# D E
Berikan kami pekerjaan
F# C# D E
Tegakkan hukum setegak-tegaknya
F# C# D E
Adil dan tegas tak pandang bulu
F# C#
Pasti kuangkat engkau
D E
Menjadi manusia setengah dewa
A E F# C#
Wahai presiden kami yang baru
D E
Kamu harus dengar suara ini
Mabuk Cinta
E F#m G#m F#m
Pagi ini ayamku berkokok keras sekali
E F#m G#m F#m
Seperti memaki bangunkan aku dari mimpi
E F#m G#m F#m
Daram diram diram dararam diram dararam
E F#m G#m F#m
Hari ini pacarku yang cantik telah kembali
E F#m G#m F#m
Melelehkan hatiku yang s’lama ini mati suri
A G#m F#m E E F#m G#m A
Aku bahagia, sekali lagi ku jatuh cinta
G#m F#m B
Hari istimewa, kar’na kau kembali percaya padaku
[Lirik Mabuk Cinta — http://www.liriklagumusik.com]
E F#m G#m F#m
Reff I : Woo… hari ini aku bahagia
Kau kembali
E F#m G#m F#m
Woo… hari ini aku bahagia
E
Jatuh cinta lagi
Int: E F#m G#m F#m
E F#m
Wangi bunga, hangat mentari
G#m F#m
Semua jelas kurasakan asyik sekali
E F#m
Rasa benci, sakit hati
G#m F#m
Terbang menghilang, jauh pergi
A G#m
Aku bahagia…
F#m E E F#m G#m A
Denganmu lagi ku jatuh cinta
G#m F#m B
Hari istimewa, kar’na kau kembali percaya padaku
Kembali ke: Reff 1
Int: E F#m G#m F#m (2x)
A Gm
Jika aku tahu dari dulu saja
B F#m
Aku tak mau khianati kamu
A Gm
Jika aku tahu begini rasanya
B
Aku mau bahagia sampai mati
F# G#m A#m G#m
Reff I I: Woo… hari ini aku bahagia
Kau kembali
F# G#m A#m G#m
Woo… hari ini aku bahagia
F#
Jatuh cinta lagi
F# G#m A#m G#m
Uuh… hari ini aku bahagia
Kau kembali
F# G#m A#m G#m
Uuh… hari ini aku bahagia
E F#m
Jatuh cinta lagi
E F#m G#m F#m
Ku mabuk cinta
E F#m
Ku mabuk cinta
G#m F#m
Lagi-lagi mabuk… lagi-lagi cinta
E F#m G#m F#m
Bolak-balik jatuh… bolak-balik cinta
E F#m G#m F#m
Ku mabuk cinta
E
Ku mabuk cinta
Coda: E F#m (2x) E
Maafkan Cintaku
G D A D G D
Em D
Ingin kuludahi mukamu yang cantik
Em D
Agar kau mengerti bahwa kau memang cantik
Bm F#m
Ingin kucongkel keluar indah matamu
G D A D
Agar engkau tahu memang indah matamu
Em D
Harus ku akui bahwa aku pengecut
Em D
Untuk menciummu juga merabamu
Bm F#m
Namun aku tak takut untuk ucapkan
G D A D
Segudang kata cinta padamu
Reff: F#m G F#m G
Mengertilah perempuanku
D A Bm
Jalan masih teramat jauh
D A
Mustahil berlabuh
Em Bm
Bila dayung tak terkayuh
G D
Maaf cintaku
G A D
Aku menggurui kamu
G D
Maaf cintaku
G A D
Aku menasehati kamu
Kembali ke: Reff
Lonteku
Em C C/B Am F Em (2X)
Em D
Hembusan angin malam waktu itu
C C/B Am D Em
Bawa lari ku dalam dekapanmu
Em D
Kau usap luka di sekujur tubuh ini
C C/B Am G G/F#
Sembunyilah-sembunyi ucapmu...
Em D
Nampak jelas rasa takut di wajahmu
C C/B Am D Em
Saat petugas datang mencariku
Int: Em C C/B Am
Em C C/B Am F Em
Reff.
C D G C G
Lonteku... terima kasih
C C/B Am F Em
Atas pertolonganmu di malam itu
C D G C G
Lonteku... dekat padaku
C C/B Am F Em
Mari kita lanjutkan cerita hari esok
G D G Bm C C/B
(*) Walau kita berjalan dalam dunia hitam
Am F D
Benih cinta tak pandang siapa
G D G Bm C C/B
Meski semua orang singkirkan kita
Am F D G
Genggam tangan erat-erat kita melangkah
Int : Aadd9 Bm Aadd9 Em Aadd9 Bm C D Em
Kembali ke Reff, (*), Reff (2x), fade out
Lho
Memandang sejuta pilihan
Kuikuti kehendak hati
Bersama tawa antara kita
Yang seakan lupa diri
Kumemilih kaupun pilih...
sendiri...
Tanpa kompromi dan kita
ingin.....
Aku dapati yang 'kan kucari
Dan sore s'galanya mimpi
Sejuta selera yang tak
berbeda
Tak akan juga berbunga nyata
Pikirlah lagi sebelum
kau jadi
Banyak hari yang 'kan pasti
Dan hari terus berganti
silakan cari....
Kwek...Kwek...Kwek...
Kawan apa kabar mu, kawan dimana kamu
Bingung-bingung dia bingung, kawan ku bingung
Pusing-pusing dia pusing, kawan ku pusing
Minggat-minggat dia minggat, kawan ku minggat
Ya..ya..ya..ya.......ya..ya..ya.......ya...ya..ya...
Pacar apa kabar mu, pacar kenapa kamu
Pacar apa kabar mu, pacar apa mau mu
Senyum-senyum tersenyum, pacar ku tersenyum
Manja-manja sangat manja, pacar ku manja
Kwek-kwek...kwek-kwek cerewet, pacar ku cerewet
Ya..ya..ya..ya.......ya..ya..ya.......ya...ya..ya...
Tuan apa kabar mu, tuan siapa kamu
Tuan apa kabar mu, tuan mana janji mu
Ta - ta - ta - ta perintah, senang merintah
Cat - cat - cat - cat memecat, senang memecat
Si - si - si - si korupsi, senang korupsi
Ya..ya..ya..ya.......ya..ya..ya.......ya...ya..ya...
Kupu-Kupu Hitam Putih
C F C
C F C F Em Dm
Menunggu matahari terbit dimusim hujan
C F Dm C F Dm C
Mendung menjadi teman ada juga keindahannya
C F C F Dm
Butir embun yang ada di daun bagai intan berlian
C F Dm C F Dm C
Lebih riang ia berkilauan karena matahari tertutup awan
C F C F Em Dm
Suara burung di dahan nyanyian alam
C F Dm C F Dm C
Bekerja ia mencari makan ada juga yang membuat sarang
Dm Em F C Dm Em F G
Iri aku menyaksikan itu tapi kutekan aku harus bersyukur
Dm Em F C Dm Em F G
Berguru pada kenyataan pada makhluk tuhan yang katanya tak berakal
F#m C#m
Mendung datang lagi setelah hangat sebentar
F#m C#m
Butir embun hilang aku jadi termenung
D C#m
Mencari pegangan mencoba untuk bersandar
D F#m C#m
Langit makin hitam aku jadi berharap pada hujan
C G/B
Kupu-kupu hitam putih terbang di sekitarku
Bb Am
Melihat ia menari hatiku terpatri
C G
Sepasang merpati bercumbu di balik awan
Bb Am
Kemudian ia turun menukik sujud syukur pada-Nya
Kuli Jalan
dengan pengki ditangan kiri, pacul di pundak kanan
dengus nafasnya, terdengar bagai suara kereta
keringat mereka menyengat aroma penderitaan
berjalan gontai perlahan
berbaris bagai tentara yang kalah perang
kerja keras kau lakukan
walau upah tak berimbang
bak sapi perahan
kuli jalan kerja siang dan malam
kuli jalan peduli curah hujan
kuli jalan panas tak dihiraukan
kuli jalan upah jauh berimbang
kuli jalan pahlawan terlupakan
kuli jalan menangis di lubang galian
kuli jalan resah di kaki Tuan
kuli jalan anak isteri menunggu bimbang
Ku Menanti Seorang Kekasih
F Bb
Bila mentari bersinar lagi
C F C
Hatiku pun ceria kembali
F Bb
Ku tatap mega tiada yang hitam
C F
Betapa indah hari ini
C
Reff : Ku menanti seorang kekasih
Bb F
Yang tercantik, yang datang di hari ini
C
Adakah dia kan selalu setia
F Bb F
Bersanding hidup penuh pesona
C F
Harapanku
Bb C F
(*) Jangan kau tak menepati janji
C F
Datanglah dengan kasihmu
Bb C F
Andai kau tak datang hari ini
C F
Punah harapanku
lnt: F Dm Bb C
F Bb
Ku tatap mega tiada yang hitam
C F
Betapa indah hari ini
Kembali ke : Reff, (*)
Kota
belantara buas
Dari yang terbuas.....
Setiap jengkal lorong
dan pecik darah
Darah dari iri...
darah dari benci
Bahkan darah dari sesuatu
yang tak pasti....
Kota adalah rimba belantara
liar dari yang terliar....
Setiap detik lidah-lidah liar
rakus menjulur lapar...
Tangis bayi adalah lolong
srigala...di bawah bulan....
Lengking tinggi merobek
batu-batu tebing keras dan kejam
Bernafas diantara sikut
licik dan garang
Bergerak diantara ganasnya
selaksa karat.....
Kota adalah hutan belantara
akal
Kuat dan berakar....
menjurai....
Di depan mata...siap
menjerat...
di depan mata....
siap menjerat....
leher kita.....
Kesaksian
jerit makhluk terluka
luka, luka
hidupnya
luka
orang memanah rembulan
burung sirna sarangnya
sirna, sirna
hidup redup
alam semesta
luka
banyak orang
hilang nafkahnya
aku bernyanyi
menjadi saksi
banyak orang
dirampas haknya
aku bernyanyi
menjadi saksi
mereka
dihinakan
tanpa daya
ya, tanpa daya
terbiasa hidup
sangsi
orang-orang
harus dibangunkan
aku bernyanyi
menjadi saksi
kenyataan
harus dikabarkan
aku bernyanyi
menjadi saksi
lagu ini
jeritan jiwa
hidup bersama
harus dijaga
lagu ini
harapan sukma
hidup yang layak
harus dibela
Kereta Tiba Pukul Berapa
Hilang sabar dihati dan tak terbendung lagi
Em
Waktu itu
G
Lama memang kutunggu kedatanganmu
Em
Sobat karibku
D
Datang telegram darimu
D
Dua hari yang lalu
Am
Tunggu aku
C D G
Di stasiun kereta itu pukul satu
G
Ku pacu sepeda motorku
G
Jarum jam tak mau menunggu
Em
Maklum rindu
G
Traffic light aku lewati
G
Lampu merah tak peduli
Em
Jalan terus
D
Di depan ada polantas
D
Wajahnya begitu buas
Am
Tangkap aku
C D G
Tawar menawar harga pas tancap gas
C G
Sampai stasiun kereta
D G
Pukul setengah dua
C G
Duduk aku menunggu
D G
Tanya loket dan penjaga
C D G
Kereta tiba pukul berapa
Em D G
Biasanya...kereta terlambat
C D G
Dua jam mungkin biasa
Dua jam cerita lama
Rabu, 09 Juli 2008
Kemesraan
Suatu hari Dikala kita duduk ditepi pantai
Em A D
Dan memandang ombak dilautan yang kian menepi
D G
Burung camar terbang bermain diderunya air
Em A D
Suara alam ini hangatkan jiwa kita
D G
Sementara sinar surya perlahan mulai tenggelam
Em A D
Suara gitarmu mengalunkan melodi tentang cinta
D G
Ada hati membara erat bersatu
Em A D
Getar seluruh jiwa tercurah saat itu
Reff:
G A D
Kemesraan ini... janganlah cepat berlalu
G A D
Kemesraan ini... inginku kenang selalu
G A D
Hatiku damai... jiwaku tentram disamping mu
G A D
Hatiku damai... jiwa ku tentram bersamamu
Kembang Pete
Ku berikan padamu
Am
Setangkai kembang pete
F G C
Tanda cinta abadi namun kere
C Em Am
Buang jauh-jauh impian mulukmu
F G C
Sebab kita tak boleh bikin uang palsu
C Em Am
Kalau diantara kita jatuh sakit
F G C
Lebih baik tak usah ke dokter
C Em Am
Sebab ongkos dokter disini
F G C
Terkait di awan tinggi
F G C Em Am
Cinta kita cinta jalanan
F G C
Yang tegak mabuk dipersimpangan
F G C Em Am
Cinta kita jalanan
F G C
Yang sombong menghadap keadaan
C Em F G C
Semoga hidup kita bahagia
C Em F G C
Semoga hidup kita sejahtera
C Em F G C
Semoga hidup kita bahagia
C Em F G C
Semoga hidup kita sejahtera
C Em Am
Kuberikan padamu sebuah batu akik
F G C
Tanda sayang bathin yang tercekik
C Em Am
Rawat baik-baik walau kita terjepit
F G C
Dari kesempatan yang semakin sempit
KaSaCiMa
Janganlah terburu nafsu
Pasti kudatangi kamu
Tak mungkin kau ku kibuli
Kasihku kasih terkasih
Sayangku sayang tersayang
Cintaku cinta tercinta
Manisku manis termanis
Rinduku setengah mati
Kalbuku menggebu-gebu
Mari sini dekat padaku
Kucium kau berulang kali
Hidup ini indah
Berdua semua mudah
Yakinlah melangkah
Jangan lagi gelisah
Kalau kau tak mau menunggu
Aku tak pandai merayu
Percayalah kau padaku
Percaya ya percayalah
Suka dan duka biasa
Cemburu jangan membuta
Senyumlah engkau kekasih
Problema jadi tak perih
Karena Kau Bunda Kami
Bukan hanya sekedar mencintai
Bukan sekedar melindungi, karena kau bunda kami
Kami minum air susu mu, dihidupi tanah mu
Dimandikan oleh air mu
Kami berdoa, karena kau bunda kami
Lihatlah fajar pagi telah menyingsing
Dengarkan doa kami, karena kau bunda kami
Biar keadilan sulit terpenuhi, biar kedamaian sulit terpenuhi (2x)
Kami berdiri menjaga diri mu, karena kau bunda kami
Jendela Kelas Satu
D A G D
Duduk dipojok bangku deretan belakang
D A Bm
Didalam kelas penuh dengan obrolan
A G D
Slalu mengacau laju hayalan
D A G D
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
D A Bm
Dari sana pula aku mulai mengenal
A G D
Seraut wajah berisi lamunan
Int: D A Bm A G D Em A
D A Bm A D Bm A
D A G D
Bibir merekah dan merah selalu basah
D A Bm
Langkahmu tenang kala engkau berjalan
A G D
Tinggi semampai gadis idaman
Reff: F#m Bm
Kau datang membawa
F#m Bm
Sebuah cerita
G D A D
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
G D A D
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Int: G A F#m Bm A G Bm
G A F#m D G
Bm A G Bm A G Bm
D A G D
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
D A Bm
Tembus pandang kekantin bertalu rindu
A G D
Datang mengetuk pintu hatiku
Kembali ke: Reff
Coda: D A Bm
D A D
Jangan Tutup Dirimu
Kudendangkan...sebuah
lagu temani sepi
Sejenak iringi nurani
Ada jarak diantara kita
Selimuti sekian waktu
t'lah tersita
Ingin kubilang jarak
terbentang....semoga
Reff:
Datanglah kau kekasih
Dekap aku erat-erat
Jangan buang pelukku
yang tulus
Biarkan hujan turun
Basahi jiwa yang halus
Jangan tutup dirimu
Buat apa kau diam saja
Bicaralah agar aku
semakin tau
Warna dirimu duhai permata
Kau mimpiku...
aku tak bohong
Seperti yang kau kira
Seperti yang s'lalu kau duga
Pintaku kau percayalah
usah ragu
Reff:
Datanglah kau kekasih
Dekap aku erat-erat
Jangan campakkan pelukku
yang tulus
Biarkan hujan turun
Basahi jiwa yang kering
Jangan tutup dirimu
Jangan Bicara
mari bicara berapa banyak uang di kantong kita
atau berapa dahsyatnya
ancaman yang membuat kita terpaksa onani
jangan bicara soal nasionalisme
mari bicara tentang kita yang lupa warna bendera sendiri
atau tentang kita yang buat
bisul tumbuh subur
di ujung hidung yang memang tak mancung
jangan perdebatkan soal keadilan
sebab keadilan bukan untuk diperdebatkan
jangan cerita soal kemakmuran
sebab kemakmuran hanya untuk anjing si Tuan Polan
lihat di sana... di Urip meratap
di teras marmer direktur Mutat
lihat di sana... si Icih sedih
di ranjang empuk waktu majikannya menindih
lihat di sana.... parade penganggur
yang tampak murung di tepi kubur
lihat di sana....... antrian pencuri
yang timbul sebab nasinya dicuri
jangan bicara soal runtuhnya moral
mari bicara tentang harga diri yang tak ada arti
atau tentang tanggung jawab
yang kini dianggap sepi
Jalan yang Panjang Berliku
Jalan lusuh dan berbatu
Namun kuharus mampu menempuh
Bersama beban di batinku
Kudatang berlumur debu
Kupergi bersama bayu
Diantara gelisah
Kucoba untuk tetap kukuh
Tiadakan tempat kuberteduh
Dikala luka membiru
uh .. uh .. uh ..
Segenggam harapan dalam jiwa
Hilang punah tiada kesan ..
Dikegelapan ..
Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
berpadu dengan jerit isi rimba raya
tawa kelakar badut-badut serakah
dengan HPH berbuat semaunya
lestarikan alam hanya celoteh belaka
lestarikan alam mengapa tidak dari dulu...
oh mengapa.....
oh...oh...ooooo......
jelas kami kecewa
menatap rimba yang dulu perkasa
kini tinggal cerita
pengantar lelap si buyung
bencana erosi selalu datang menghantui
tanah kering kerontang
banjir datang itu pasti
isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
punah dengan sendirinya akibat rakus manusia
lestarikan hutan hanya celoteh belaka
lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja
oh...oh...ooooo......
jelas kami kecewa
mendengar gergaji tak pernah berhenti
demi kantong pribadi
tak ingat rejeki generasi nanti
bencana erosi selalu datang menghantui
tanah kering kerontang
banjir datang itu pasti
isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
punah dengan sendirinya akibat rakus manusia
Ini Si Trendi
Ini si trendy bergaya pasang aksi
Hidupnya penuh basa-basi
Ingin di anggap paling sexy
Tiap hari maunya dipuji
Ya-ya-ya ... ya-ya-ya ...
Hidup diperbudak gengsi
Ini si trendy menari gaya babi ngepet
Ini si trendy menyanyi karaoke
Suaranya mirip bebek
Ya-ya-ya ... ya-ya-ya ...
Matanya merem melek
Ya-ya-ya ... ya-ya-ya ...
Yang penting bisa di potret
Ngetrend ... trendy ... trendy ... trendy ...
Enggan ikut-ikut gengsi
Kuno ... kuno ... kuno ... kuno ...
Enggan ikut-ikut gengsi
Kuno ... kuno ... kuno ... kuno ...
Ini si trendy masih nari dan menyanyi
Ini si trendy genitnya semakin jadi
Orang-orang dianggap tuli
Modernisasi salah kaprah
Lantas menjadi latah
Ngetrend ... trendy ... trendy ... trendy ...
Ini Bukan Mimpi
Tentang sebuah bencana
Tragedi umat manusia
Terjadi lagi
Terjadi lagi
Alampun telah bersaksi
Atas tingkah laku kita
Tuhanpun telah menyapa
Memperingati
Memperingati
Ini bukan sandiwara
Ini bukan dalam mimpi
Ini bukan sandiwara
Ini bukan dalam mimpi
Ini kenyataan mari renungi
Ini bukan sandiwara
Ini bukan dalam mimpi
Ini kenyataan yang ada mari renungi
Demi keselamatan kita bersama
Mari kita berdoa
Pada Yang Kuasa
Berjanji kembali kejalan Illahi
Berjanji kembali kejalan Illahi
Kejalan Illahi
Imitasi
Dana siap kita berangkat
Pakaian rapi celana potongan napi
Taplak meja dirombak jadi dasi
Pergi kita cari sasaran
Malam ingin melepas keresahan
Lihat Popi pakai rok mini
Lihat Nancy pakai bikini
Tapi sayang sudah dibooking papi-papi
Reff.
Otakku tegang begitupun kawan sejalan
Cepat putar haluan tancap gas
Kita ngacir pergi ke taman lawang
Paginya Toto malamnya Titi
Paginya Sunarto malam Sunarti
Paginya Ahmad malamnya Asye
Paginya Ismet malam Isye
Aku melongo persis kebo bego
Jidat mengkerut persis jidat Darto
Lihat itu potongan abisnya mirip perempuan
Ikrar
DM7 C#m7
Meniti hari meniti waktu
DM7 C#m7
Membelah langit belah samudera
DM7 C#m7
Ikhlaslah sayang ku kirim kembang
Bm7 E A
Tunggu aku tunggu aku
DM7 C#m7
Rinduku dalam semakin dalam
DM7 C#m7
Perjalanan pasti kan sampai
DM7 C#m7
Penantianmu smangat hidupku
Bm7 E A
Kau cintaku kau bintangku
DM7 C#m7
Doakanlah sayang
Bbdim
Harapkanlah manis
DM7 E A
Suamimu segera kembali
DM7 C#m7
Doakanlah sayang
Bbdim
Harapkanlah manis
DM7 E A
Suamimu suami yang baik
DM7 C#m7
Kutitipkan semua yang ku tinggalkan
DM7 C#m7
Kau jagalah semua yang mesti kau jaga
DM7 C#m7
Permataku aku percaya padamu
DM7 C#m7
Permataku aku percaya padamu
Ikan Ikan
Jadi santapan ikan ikan besar
Agar warna kulitnya berkilau
Di dalam akuarium kehidupan
Gelembung gelembung udara
Jadi syarat hidup sejahtera
Jikalau tidak mau celaka
Bikin senang hati pemiliknya
Ikan ikan kecil
Di sudut kiri peti televisi
Menjadi hiasan tersendiri
Walau tak lama mereka pergi
Ini kisah menahun
Juga tragedi bertahun tahun
Dibungkus merdu gemericik air
Jadi hiburan keluarga rukun
Ikan ikan kecil mati
Dimakan ikan ikan besar
Walau begitu adanya
Kuakui hatiku tergetar
Ikan ikan besar mati
Segala yang hidup pasti mati
Begitupun pemiliknya
Penjual dan penikmatnya
Tak ada yang lepas dari kematian
Tak ada yang bisa sembunyi dari kematian
Pasti
Ijinkan Aku Menyayangimu
Andai kau ijinkan, walau sekejap memandang
F#m E
Kubuktikan padamu, aku memiliki rasa
F#m E
* Cinta yang kupendam, tak sempat aku tanyakan
F#M E
Karena kau t’lah memilih, menutup pintu hatimu
D
Ijinkan aku membuktikan
E
Inilah sesungguhnya rasa
F#m D E
Ijinkan aku menyayangimu
A A/G# F#m
Reff: Sayangku… oh… oh…
D E
Dengarkanlah isi hatiku
A A/G# F#m
Cintaku… oh… oh…
D G E
Dengarkanlah isi hatiku
Int: D C#m F#m E
Kembali ke: *, Reff
Int: A D F#m E (2x)
D
** Bila cinta tak menyatukan kita
C#m
Bila kita tak mungkin bersama
G E
Ijinkan aku tetap menyayangimu
Kembali ke: Reff, Coda
D C#m
Coda: Aku sayang padamu
D A
Ijinkan aku membuktikan
Ibu
Am FM7 Am
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
FM7 Am/D E
Lewati rintang untuk aku anakmu
Am FM7 Am
Ibuku sayang masih terus berjalan
FM7 Am/D E Am
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Am/B C Am/D FM7 Am
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
C Am/D FM7 Am
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Int : Am Am/C Am/B
Am FM7 Am
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
FM7 Am/D E Am
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Am/B C Am/D FM7 Am
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
C Am/D FM7 Am
Dengan apa membalas...ibu...ibu....
Int : Am FM7 Am7 Am/D
Am C C/B
kembali ke (*)
Hura-hura Huru-Hara
apa jadinya jika mata dilarang melihat
apa jadinya jika telinga dilarang mendengar
jadilah robot tanpa nyawa
yang hanya mengabdi pada perintah
Apa jadinya jika saran berubah menjadi ancaman
apa jadinya jika lintah darat makin menghisap rakyat
apa jadinya jika keserakahan makin semena-mena
jadilah kepincangan keadilan
yang hanya melahirkan dendam
Hura-hura huru-hara
lingakaran setan semakin seram bentuknya
Hura-hura huru-hara
gelombang mara bahaya makin terasa
Apa jadinya jika petani tak lagi punya sawah
apa jadinya jika cukong-cukong menguasai tanah
apa jadinya jika hukum sekedar bendera-bendera pajangan
jadilah penghisapan sesama manusia
yang hanya melahirkan drakula-darkula
Hura-hura huru-hara
lingakaran setan semakin seram bentuknya
Hura-hura huru-hara
gelombang mara bahaya makin terasa
Hua..Ha..Ha...Ha..
Hua..ha..ha..ha..ha..ha....... Hua..ha..ha......
Hua..ha..ha..ha......... Hua..ha..ha..ha.....
Hua..ha..ha..ha..ha..ha.......
Bukalah mulut kamu, lantangkan saja suara mu
Bebaskan jiwa kamu, tidak apa-apa dianggap gila
Daripada tak bisa tertawa itu sehat, menipu itu jahat
Hua..ha..ha..ha......... Hua..ha..ha..ha.....
Hua..ha..ha..ha..ha..ha....... Hua..ha..ha......
Hadapi Saja
Em Am Em F Am
Am Em
Relakan yang terjadi takkan kembali
Am Em
Ia sudah miliknya bukan milik kita lagi
Dm
Tak perlu menangis tak perlu bersedih
Am G
Tak perlu tak perlu sedu sedanmu
Am
Hadapi saja
Int: F Dm Em Am F Em Am
Am
Pasrah pada Ilahi
Em
hanya itu yang kita bisa
Am Em
Ambil hikmatnya ambil indahnya
Dm
Cobalah menari cobalah bernyanyi
Am G
Cobalah-cobalah mulai detik ini
Am
Hadapi saja
(*) Dm
Hilang memang hilang wajahnya
Am
terus terbayang
Dm
berjumpa di mimpi
C
Kau ajak aku untuk menari,
Em
bernyanyi
Am G F
Bersama bidadari malaikat
G Am
dan penghuni surga
Kembali ke: (*)
Am Em
Relakan yang terjadi takkan kembali
Am Em
Ia sudah miliknya bukan milik kita lagi
Am Em
Pasrah pada Ilahi hanya itu yang kita bisa
Am Em
Ambil hikmatnya ambil indahnya
Dm
Tak perlu menangis tak perlu bersedih
Am G
Tak perlu tak perlu sedu sedan itu
Am
Hadapi saja
Dm
Cobalah menari cobalah bernyanyi
Am G
Cobalah cobalah mulai detik ini
Am
Hadapi saja
Coda: F Dm G Am Em Am
Guru Oemar Bakrie
G C G D G
G
Tas hitam dari kulit buaya
D G A D
"Selamat pagi!", berkata bapak Oemar Bakri
C G D G
"Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali!"
G
Tas hitam dari kulit buaya
D G A D
Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti
C G A D D C Bm Am
Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu
(*)
G
Laju sepeda kumbang di jalan berlubang
D G
S'lalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang
G
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
D G
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang
G
Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
D G
"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan
G
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
D G
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang
G
Busyet... standing dan terbang
Reff.
G D G
Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri
G A D
Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
C G D G
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
G D G
Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
G A D
Oemar Bakri... profesor dokter insinyur pun jadi
C G C G D G
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri
Int : G D G
G A D
D C Bm Am
Kembali ke (*)
G
Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
D G
"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan
G
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
D
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut
G
Bakrie kentut... cepat pulang
G D G
Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri
G A D
Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
C G D G
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
G D G
Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
G A D
Oemar Bakri... bikin otak seperti otak Habibie
C G C G D G
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri
Coda : G D G (3x)
Gelisah
petik gitar jilati malam
mata merah hatinya berdarah
sebab apa tiada yang mau tahu
pada kelelawar ia mengadu
pada lampu-lampu jalan sandarkan angan
pada nada-nada lontarkan marah
pada alam raya ia berterus terang
aku gelisah
orang tua di remang-remang
cari teman hamburkan uang
senyum ramah tak ada di rumah
sebab apa tiada yang mau tau
pada kelelawar ia mengadu
pada lampu-lampu jalan sandarkan angan
pada nada-nada lontarkan marah
pada alam raya ia berterus terang
aku gelisah
gelisah jiwa bagai prahara
orang muda, orang tua
penuh amarah membabi buta
gelisah hidup penjara dunia
padang gelisah panas membara
hutan gelisah membakar hidup
gelisah langit, muntahkan badai
kebimbangan lahirkan gelisah
jiwa gelisah bagai halilintar
aku gelisah, aku gelisah,
aku gelisah.....
orang-orang saling bertengkar
untuk apa bukan soal lagi
keserakahan sudah menjadi nabi
kekusaan adalah jalan keluar
pada kelelawar ia mengadu
pada lampu-lampu jalan sandarkan angan
pada nada-nada lontarkan marah
pada alam raya ia berterus terang
aku gelisah
orang muda penuh luka
terkoyak nasib, tertikam gelisah
membalik hidup, menerkam nasib
gelisah badai, gelisah tidur
lingkaran gelisah, lingkaran setan
menggelinding datang dan pergi
di ujung jalan membaca hidup
adakah orang tidak gelisah
aku gelisah, aku gelisah,
aku gelisah.....
Gali Gongli
Rokok ditangan depan kedai tuak
Disela gurau tiga temannya
Di atas koran asyik main domino
Di lokalisasi pinggiran kota
Yang nama dosa mungkin tak bicara
Neraka poster indah
kamar remang
Engkau lahir lelaki
kecil malang
Reff:
Gali gongli bocah karbitan
Besar dari belaian
Ribuan bapak
Gali gongli anak rembulan
HIdup dari bibir yang
Iklankan tubuh mulus
Ibunya.......
Lelaki kecil usia belasan
Usai berjudi pagi habis subuh
Kembali....ia ditelan sepi
Entah esok apalagi
Hari depan........
Hari depan........
Galang Rambu Anarki
lahir awal januari menjelang pemilu
galang rambu anarki dengarlah
terompet tahun baru menyambutmu
galang rambu anarki ingatlah
tangisan pertamamu ditandai bbm
membumbung tinggi (melambung)
Reff:
maafkan kedua orangtuamu
kalau tak mampu beli susu
bbm naik tinggi
susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi
mungkin bayi kurang gizi (anak kami)
galang rambu anarki anakku
cepatlah besar matahariku
menangis yang keras, janganlah ragu
tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
doa kami di nadimu
Frustasi
Broken home istilah bule bule luar negeri
Mereka muak lihat papi mami bertengkar
Mereka jijik lihat papi mami slalu keluar
Ada urusan yang tak masuk di akal
Mami sibuk cari bujangan
Papi sibuk cari perawan
Timbang kesal lebih baik aku berhayal
Jadi orang besar
Seperti Hitler yang tenar
Jadi orang tenar
Persis Carter juragan kacang
Mata cekung badan persis capung
Tingkah sedikit bingung
Pikiran mirip mirip orang linglung
rambut selalu kusut
disuruh selalu manggut-manggut
duduk di sudut hei kasihan itu tubuh
Tinggal tulang sama kentut
Hei Mr. gelek loe tega
mata gua kok nggak bisa melek
hei Mr. gelek
duit gopek gua kira cepek
hei Mr. gelek perut laper ada tape
Pas gua sikat asem-asem nggak tahunya telek
Ethiopia
Waktu lapar menggila
Hamparan manusia tunggu mati
Nyawa tak ada arti
Kering kerontang meradang
Entah sampai kapan
Datang tikam nurani
Selaksa do'a penjuru dunia
Mengapa tak robah bencana
Menjerit Afrika mengerang Ethiopia
Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia
Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia
Derap langkah sang penggali kubur
Angkat yang mati dengan kelingking
Parade murka bocah petaka
Tak akan lenyap kian menggema
Nafas orang-orang disana
Merobek telinga telanjangi kita
Lalat-lalat berdansa cha cha cha
Berebut makan dengan mereka
Tangis bayi ditetek ibunya
keringkan airmata dunia
Obrolan kita dimeja makan
Tentang mereka yang kelaparan
Lihat sekarat dilayar Tv
Antar kita pergi ke alam mimpi
Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia
Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia
Disana terlihat ribuan burung nazar
terbang disisi iga-iga yang keluar
Jutaan orang memaki takdirnya
Jutaan orang mengutuk nasibnya
Jutaan marah....jutaan marah
Tak bisa berbuat apa-apa
Setiap detik selalu saja ada yang merintih
Setiap menit selalu saja ada yang mengerang
Aku dengar jeritan dari sisni...aku dengar
Aku dengar tangismu dari sini...aku dengar
Namun aku hanya bisa mendengar
Aku hanya bisa sedih
Hitam kulitmu sehitam nasibmu kawan
Waktu kita asik makan waktu kita asik minum
mereka haus..........mereka lapar
Mereka lapar...mereka lapar
Entah
waktu kau bisikkan,
"Jangan aku kau tinggalkan"
tak tahu di mana ada getar terasa
waktu kau katakan
"Kubutuh dekat denganmu"
seperti biasa aku diam tak bicara
hanya mampu pandangi
bibir tipismu yang menari
seperti biasa aku tak sanggup berjanji
hanya mampu katakan:
"Aku cinta kau saat ini"
entah esok hari
entah lusa nanti
entah
sungguh mati betina
aku tak mampu beri sayang yang cantik
seperi kisah cinta di dalam komik
sungguh mati betina
buang saja angan angan itu
lalu cepat peluk aku
lanjutkan saja langkah kita
rasalah....
rasalah....
apa yang terasa
Engkau Tetap Sahabatku
Dia adalah yang diburu...datang padaku
Sekedar lepas lelah dan sembunyi
Untuk berlari lagi
Dia adalah yang terbuang...mengetuk pintuku
Penuh luka dipunggungnya...merah hitam
Dia menjadi terbuang....setelah harapannya....
dibuang.....
Bapaknya pegawai kecil....sandal jepit
yang kini di dalam penjara...sedang bela anaknya
Untuk darah daging yang tercinta
Selesaikan sekolah
Sahabatku...coba mencari kerja
Namun yang didapat cemooh
Harga dirinya berontak
Lalu dia tetapkan hati
Hancurkan sang pembuang
Air putih aku hidangkan...aku dipersimpangan
Seribu bahkan lebih..sejuta lebih
Pagi buta dia berangkat...diam-diam
Masih sempat selimuti aku....yang tertidur
Aku terharu...doaku untukmu
Sebutir peluru yang tinggal dibawah bantalnya
Bertali jadikan kalung lalu kukenakan
yang terus berlalu
Selamat jalan kawan...
Selamat menari air mata
Hei...sahabat yang terbuang
Engkau sahabatku....tetap sahabatku
Dunia Binatang
Kenapa orang susah, makin susah saja
Ya..ya..ya..ya..mau makan, tak punya uang
Ya..ya..ya..ya..mau tidur, tak punya kasur
Ya..ya..ya..ya..diamlah, jangan ngoceh saja
Mereka sudah bosan, tutup mulut saja
Ada macan mencakar macan, ular menggigit ular
Ada gajah membunuh gajah, kita yang terinjak.....ya..ha..ha..!
Mata liar dimana-mana, mencari mangsa yang lemah
Tangan-tangan yang penuh darah, menindas sambil tertawa
Ada maling teriak maling, ada musang berbulu domba
Monopoli menjadi-jadi, tangan besi merajalela
Ya..ya..ya..ya..jawablah, jangan diam saja
Mengapa orang susah, makin susah saja
Ya..ya..ya..ya..diamlah, jangan ngoceh saja
Mereka sudah bosan, tutup mulut saja
Doa Pengobral Dosa
D C D G
G D
Di sudut dekat gerbong yang tak terpakai
Em D C G
Perempuan ber make-up tebal dengan rokok di tangan
D C G
Menunggu tamunya datang
G D
Terpisah dari ramai
Em D C G
Berteman nyamuk nakal dan segumpal harapan
D C D G
Kapankah datang tuan berkantong tebal
Reff: Em D
Habis berbatang-batang tuan belum datang
C Em D
Dalam hati resah menjerit bimbang
C G C Em
Apakah esok hari anak-anakku dapat makan
D C D G
Oh Tuhan beri setetes rezeki
G Bm Em
Dalam hati yang bimbang berdoa
G Bm Em
Beri terang jalan anak hamba
C D G
Kabulkanlah Tuhan
Int: G D Em D C G D C G
G D
Terpisah dari ramai
Em D C G
Berteman nyamuk nakal dan segumpal harapan
D C D G
Kapankah datang tuan berkantong tebal
Kembali ke: Reff
G Bm Em
Dalam hati yang bimbang berdoa
G Bm Em
Beri terang jalan anak hamba
C D G
Kabulkanlah Tuhan
C D G
Kabulkanlah Tuhan
Coda: G Em G Em
Di Mata Air Tidak Ada Air Mata
Pada waktu tak bertepi
Di atas langit di bawah tanah
Di hembus angin terseret arus
Untuk saudara tercinta
Untuk Jiwa yang terluka
Tengah lagu suaraku hilang
Sebab hari semakin bising
Hanya bunyi peluru di udara
Gantikan denting gitarku
Mengoyak paksa nurani
Jauhkan jarak pandangku
Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta
Walau aku tahu tak terdengar
Jariku menari tetap takkan berhenti
Sampai wajah tak murung lagi
Amarah sempat dalam dada
Namun akalku menerkam
Kubernyanyi di matahari
Kupetik gitar di rembulan
Di balik bening mata air
Tak pernah ada air mata
Dalbo
Aku berpindah dari satu kasih sayang
ke satu kasih sayang yang lain
Aku hisap air susu dari tete' banyak ibu
Merpati terbang melintasi,
membawa ku pergi ke masa lalu
Ohhooooo.........ohhooooo.........ohhoooooo.........
Aku tak pernah bertanya siapa orang tua ku
Walau memang merasakan ada sesuatu yang hilang,
sesuatu yang hilang
Merpati terbang melintasi,
membawa ku pergi ke masa lalu
Aku bukan anak haram, aku Dalbo anak alam !
Coretan Dinding
Resah hati pencoret
Mungkin ingin tampil
Tapi lebih resah pembaca coretannya
Sebab coretan dinding
Adalah pemberontakan kucing hitam
Yang terpojok ditiap tempat sampah, ditiap kota
Cakarnya siap dengan kuku kuku tajam
Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya
Musuhnya adalah penindas
Yang menganggap remeh coretan dinding kota
Coretan dinding terpojok di tempat sampah
Kucing hitam dan penindas sama sama resah
Columbia
angin bawa kabar tentang duka, di sana....
lolong anjing malam bawa pertanda
alam bawa kisah unggas resah
beritakan.. tangis....
saat gelombang lahar
hanyutkan ribuan manusia
tanpa mau mengerti datang tepati janji
waktu seorang ibu
belai mesra anaknya
gemuruhnya petaka singkirkan jeritan yang ada
batu-batu telanjang
menari di nurani
hancurkan rumah-rumah, hancurkan kedamaian
Colombia.......
Colombia.......
sementara kita di sini
tanpa beban bernyanyi
sedangkan mereka gundah
di sela ganasnya wabah
sementara kita di sini
asyik cumbui mimpi
sedangkan mereka di sana
rindukan riuhnya pesta
narasi:
ada sekuntum bunga mawah
bercengkrama dengan lahar
seorang bayi mungil
begitu manis menyambut mati